Hay
Mau cerita, sudah dari kemarin-kemarin sebenernya pengen
banget nulis keburu lupa. Tapi kayaknya enggak bakal lupa deh, bakal sering
keinget. Belum pernah dengar ya ada gedung Tulip di RSUP Dr. Sardjito? Sama,
baru satu setengah bulan yang lalu tepatnya tanggal 10 Januari 2019 aku tau ada
gedung namanya Tulip Instalasi Kanker Terpadu di RSUP Dr. Sardjito.
Hanum ngapain ke Tulip? Kenapa bisa sampai kesana?
Tanggal 25 Desember 2018, senang pulang silaturahim dari rumah
saudara Bapak di Klaten, pergi sama cucu-cucu. Senang saat di sepanjang jalan
tidak berhenti mendengarkan cerita tentang fieldtrip mereka ke Jungleland dan
yang 2 minggu sebelumnya aku juga nganterin Adik Tsaqif fieldtrip kesana.
Sampai anak-anak bikin janji: pokoknya besok kalau Mbah Kokong udah sembuh udah
sehat kita semua sekeluarga besar Bani Sudibyo (aku, Ibu, Bapak, keluarga
mbakku, dan masku) liburan ke Jungleland atau wahana mana aja, pokoknya
seru-seruan bareng, sampai Dinda bilang ‘Tante bikin challenges juga yuk! Nanti
ada hadiahnya’. Senang! Baru bayangin aja udah senang! Impian paling aku
mohonkan untuk terwujud.
Tanggal 26 Desember 2018 sore, jadwal kontrol Mbah Kokong ke
PKU Muhammadiyah Bantul. Waktu periksa Bu Neneng, dokter idola keluarga kami,
bilang ‘Bapak kok pucat, abis ini cek Hb ya’. Selesai urusan obat dan
administrasi, terus ambil hasil lab, langsung kaget liat nilai Hb: 4,4 (Hb
normal= 12-15) perasaan enggak lemes masih bisa jalan sendiri bahkan tanpa
kursi roda. Terus langsung dibawa masuk IGD buat rawat inap. Masih ga nyangka
sih, ‘Lagi?’ kataku dalam hati, terakhir Hb Bapak ngedrop saat lebaran,
gara-gara salah makan, jadi waktu itu lebaran di rumah sakit. Sekarang kenapa
ya ya Allah? Biasanya Hb ngedrop ditandai BAB hitam warnanya karena ada luka di
dalam saluran pencernaannya kemudian mengalami pendarahan, darah yang bercampur
dengan BAB membuat warnanya berubah menjadi hitam. Tapi yang ini enggak, BABnya
enggak hitam. Semua terlihat normal. Bangsal di PKU Muhammadiyah Bantul penuh,
rumah sakit biasanya yang dipakai rawat inap Bapak, RSUD Bantul juga penuh.
Akhirnya dirujuk ke RSUD Wirosaban Kota Jogja.
Keluarga masku dan mbakku masih di rumah,
keponakan-keponakan masih di rumah. Jam 00.30 dini hari hujan gerimis, pergi ke
RSUD Wirosaban dengan ambulans, aku duduk di depan, Bapak tiduran di belakang.
Aneh baru pertama ngerasain seperti itu, dalam hati ‘jadi gini rasanya?’.
Sampai di RS cek darah lagi, Hb: 3,3 dan waktu itu kebetulan ada semua hasil
komponen darahnya lengkap, ada yang aneh, kenapa semuanya Low? Semua komponen
darah nilainya di bawah normal (eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit,
dll). Bilang sama diri sendiri ‘udah gapapa tenang Hanum, ada Allah.’ Urusan
administrasi selesai akhirnya sampai di kamar jam 02.30 Ibu aku minta anterin
mas pulang karena pasti capek.
Seperti biasa saat rawat inap, penanganan pertama yang
penting menaikkan nilai Hb dulu dengan transfusi darah. Sebenarnya agak takut
untuk pindah rumah sakit karena merasa sudah sangat cocok dengan Bu Neneng,
hampir setengah tahun lebih tidak masuk rumah sakit, padahal sebelumnya hampir
setiap bulan masuk rumah sakit buat rawat inap karena nilai Hb drop. Takut
nanti harus mengulang dari awal lagi, karena ingat dulu perjuangan semenjak
tahun 2016 awal sampai akhirnya bisa bertemu dengan dokter Neneng yang
spesialisasinya Penyakit Dalam bagian Saluran Pencernaan, kami harus melewati 4
dokter spesialis Penyakit Dalam dulu. Tapi mbakku bilang ‘Gapapa dek siapa tau
di Wirosaban bertemu dokter yang lebih cocok.’ Iya ya bener juga siapa tau
Allah emang sudah ngejalanin kesana buat biar bertemu dokter yang lebih cocok
bisa sembuh sehat enggak turun lagi Hbnya kataku dalam hati. Tapi iya kok,
Dokternya sangat baik, ibunya lembut santun. Setelah 5 hari tepatnya Senin, 31
Desember 2018 diijinkan pulang, Hbnya sudah naik, normalnya Hb Bapak itu dikisaran
7-8,9. Keluar rumah sakit waktu itu nilai Hb 7,7.
Tanggal 4 Januari 2019 hari Jumat, di kamar mandi Bapak
lemes hampir gabisa jalan, langsung dibawa ke Wirosaban lagi, cek Hb: 5,5.
Padahal harusnya hari Sabtu setelahnya kontrol dengan Bu Endang tapi sudah
masuk RS lagi. Waktu aku cek hasil labnya, sama lagi, semua komponen darah
nilainya dibawah normal. Ada apa?. Di rumah sakit transfusi lagi, pulang
tanggal 8 Januari 2019. Kata Bu Endang, ‘Bapak besok langsung dirujuk di Sardjito
ya bagian Hematologi sepertinya ada kelainan dengan komponen darahnya, gausah
buru-buru gapapa kok bu, besok lusa juga gapapa’. Waktu itu Bapak Ibu pulang
duluan, aku yang lanjut urus administrasi. Saat bertemu perawat, ibunya bilang:
‘Mbak kalau bisa segera ya dibawa ke Sardjitonya, soalnya kata Bu Endang umur
komponen darahnya ga bertahan lama, kemarin aja langsung masuk RS lagi kan.’
Deg. Firasatnya emang sudah tidak enak dari pertama liat
hasil lab yang disini. Mau pulang gajadi karena udah gakuat buat ganangis, ke
masjid sholat mohon ketenangan. ‘Tenang Hanum ada Allah’
Lusa berikutnya, tanggal 10 Januari 2019, dalam surat
rujukan ditulis rujukan ditunjukkan ke poli: Tulip. Waktu itu sama sekali belum
tau Tulip itu apa, dikira nama bangsal malahan. Pagi sekali aku duluan yang berangkat
ke Sardjito untuk mengurus administrasi rujukan. Sampai RS, mengikuti tanda
panah TULIP ICC dan akhirnya sampai pada gedung dengan plang bertuliskan Instalasi
Kanker Terpadu ‘TULIP’ baru tau kalau TULIP ICC itu TULIP International Cancer
Centre. Bingung harus bersikap bagaimana, cuma bisa bilang: ‘Tenang Hanum, ada
Allah.’ Sebenernya malah lebih bingung nanti saat Ibu sama Bapak sudah sampai
Gedung yang dimaksut pasti mereka lebih kaget.
Sampai sana rame banget banyak pasien yang bahkan sampai
didorong dengan bed, banyak yang menggunakan kursi roda juga, tidak sedikit
juga yang pernafasannya dibantu dengan tabung oksigen dibawa kemana-mana. Pemandangan
yang tidak biasa, bisa dibilang lebih parah dari yang pernah aku temui di
poli-poli sebelumnya saat merawat Bapak.
Waktu itu pasti mikir ‘ada apa? Sakit apa sebenarnya?’ kemudian
selalu berusaha menenangkan diri ‘ayo Hanum gapapa jalanin dulu. Lakuin dulu.’
Urusan administrasi selesai, Bapak Ibu datang dan iya sama semua cuma diam tapi
aku percaya pasti mereka juga bertanya-tanya ‘Bapak sakit apa emang? Kenapa sampai
dibawa kesini?’ Tapi emang bener kok gedungnya namanya Tulip. Kemudian bertemu
dokternya, baru bertemu sebentar terus ditunjukkan hasil cek lab darah terakhir
saat keluar RS Wirosaban Bapaknya langsung bilang: ‘Ini bapak rawat inap ya’.
Kaget. Bahkan kami belum kenalan, belum diberi tau sakit apa, perlu penanganan
yang bagaimana. Ibu sampai bilang: ‘Kenapa dok? Sakit apa Bapak?’.
Bingung harus menanggapi bagaimana, baru pertama datang
langsung disuruh rawat inap. Akhirnya mengurus administrasi lagi untuk rawat
inap, bolak-balik dari gedung utama ke gedung Tulip dengan perasaan yang campur
aduk. Campur aduk. Berusaha menenangkan diri terus, berusaha untuk ‘Gapapa
Hanum kerjakan pelan-pelan, lakukan aja, ada Allah.’ Walaupun pada akhirnya
waktu mengurus admisi rawat inap BPJS keluar lagi air matanya pelan-pelan. Cuma
bisa bilang ‘ih gapapa Hanum, this shall too pass’ pikiran jelek waktu itu
muncul banyak dengan keadaan masih ingin memperjuangkan mimpi S2.
Sampai di gedung Onkologi Anak lantai 7 untuk mengurus final
rawat inap, pikiran jelek bermacam-macam muncul, ‘Kenapa harus aku? Kenapa aku
harus seperti ini? Bagaimana denganku besok nasib masa depan? Kenapa
teman-temanku enggak? Kenapa ya nggak mas atau mbak? Kenapa ya? Kenapa?’ pada
waktu itu bingung sampai harus berhentiin pikiran negatifnya gimana, hampir
nangis sambil berdoa terus ‘Allah gamau, hamba mohon hilangkan pikiran
jeleknya.’
Terus selesai urusan administrasi, balik badan menuju lift,
langsung kaget di depan mata liat ibu-ibu gendong anak kecil yang matanya kayak
mau keluar gitu. Beneran. Beneran. Aku sampai bingung ngejelasinnya harus
gimana. Karena beneran matanya besar banget kelopak matanya kayak ga ada gitu,
matanya jadi kayak mau loncat keluar, aku sampai takut. Enggak, lebih parah dan
lebih ngeri dari mata seorang anak hidrosefalus (coba google). Langsung speechless cuma bisa istighfar dalam
hati sambil minta maaf ‘Allah maaf, astaughfirullah. Gaboleh mikir jelek lagi
Hanum.’
Terus masuk lift bareng sama Ibunya yang gendong anak tadi,
ada saudara ibunya juga kayaknya yang bawa termos dan keperluan rawat inap gitu.
Di dalam lift gaberani liat, perasaan campur aduk sambil minta maaf sama Allah,
sambil ngedoain ibu dan adeknya, sambil penasaran sebenernya sakit apa sampai
seperti itu. Semakin banyak yang masuk lift, sama kayak aku, masuk lift terus pasti
liat adeknya dulu. Sampai lantai 5 ada pasangan muda yang masuk, ibu muda
gendong anak perempuan kecil lemes banget kayaknya, hadap-hadapan sama ibu
tadi. Kemudian ibu muda tadi tanya ke ibunya ‘Sakit apa bu?’ ‘Neuroblastoma
mbak.’ Dalam hati ‘Oooh neuroblastoma, emangnya apa itu?’ Semua orang di lift
ngeliatin adeknya seperti terjawab sudah rasa penasarannya. Selama di lift enggak
berhenti berdoa buat ibunya semoga diberi kekuatan, ketabahan, kesabaran dan
keikhlasan, hampir nangis lagi hahaha karena pun waktu itu ngeliatin ibunya
dengan sabar gendong sambil nenangin adeknya yang kayak ketakutan di dalam
lift. Gatau mungkin karena pandangannya jadi besar gitu jadi kayak takut di
dalam ruangan sempit. Aku juga gapaham, tapi yang jelas kejadian itu sangat membekas,
dan aku percaya Allah emang sudah menjalankannya, agar aku melihat, agar aku
belajar untuk tidak mengeluh, untuk lebih bersyukur, untuk tidak meratapi
nasib.
Bapak dirawat selama 3 hari, Alhamdulillah tidak ditransfusi
karena nilai Hb 8,7 normalnya Bapak. Tapi masih tetap sama menjalani USG, cek
darah rutin, dan ada satu lagi penanganan yang baru pertama kali Bapak rasakan,
namanya Biopsi. Jadi untuk mengetahui penyebab semua komponen darah Bapak yang
nilainya di bawah normal perlu diambil sampel pada cairan sumsum tulangnya tempat
dimana produksi komponen darah seluruh tubuh.
Kata Ibuku: ‘Untung Dek, tadi kamu pas ga di RS ibu aja
takut liat Bapak dibor tulangnya.’
‘Oiya? Dibor gimana maksutnya? Dimananya?’
‘Iya itu di tulang dadanya, Bapak tadi juga cuma dibius
lokal jadi bisa ngeliat ngebornya.’
Sampai bingung maksutnya dibor itu gimana, jadi Biopsi itu…penjelasannya
ada disini Biopsi Sumsum Tulang hehehe
bersambung....
hanum, semoga bapak lekas sembuh dan hanum beserta keluarga dikuatkan senantiasa :)
BalasHapus