20 Desember 2023

Beriringan

A: memang benar bahwa kebahagian itu beriringan dengan kesedihan atau ketidakbahagian, begitu pula sebaliknya saat menghadapi ketidakbahagiaan maka dihadirkanlah kebahagiaan di sisi yang lain, agar hati kita selalu tenang, merasa cukup. bahagia secukupnya, tidak bahagia secukupnya.

B: tapi bisa jadi indikator juga bukan kalau Dia membuatmu seperti itu berarti Dia lebih tau tentangmu, bahwa pada saat kamu bahagia bisa jadi selama ini kamu terlalu berlebihan dan sering terpeleset, dan saat kamu tidak bahagia kamu sering kurang sabar dan berprasangka buruk padaNya, akhirnya ya Dia memberikan pola tersebut. 

A: hmm iya bisa gitu juga hehehe.

B: jadi kesimpulannya?

A: Saat bahagia atau saat tidak bahagia ditanggapi dengan secukupnya dan segera sadar bahwa itu semua memang takdir dariNya yang perlu dilalui. Saat bahagia jangan lupa bersyukur dan jangan merasa paling-paling-paling, saat tidak bahagia jangan berlarut-larut dan tetap sabar.


مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ 

Mā aṣāba mim muṣībatin fil-arḍi wa lā fī anfusikum illā fī kitābim min qabli an nabra'ahā, inna żālika 'alallāhi yasīr(un).

Tidak ada bencana (apapun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.

QS. Al-Hadid: 22


لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Likai lā ta`sau 'alā mā fātakum wa lā tafraḥụ bimā ātākum, wallāhu lā yuḥibbu kulla mukhtālin fakhụr

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

QS. Al-Hadid: 23


اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَ
Ahasiban naasu anyu yutrakuuu any yaquuluuu aamannaa wa hum la yuftanuun
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?
Tafsir: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja pada setiap waktu, tempat dan situasi hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji dengan hal-hal yang dapat membuktikan hakikat keimanan mereka, yaitu dalam bentuk cobaan-cobaan dan tugas-tugas keagamaan? Tidak, bahkan mereka harus diuji dengan hal-hal seperti itu.

QS. Al-Ankabut: 2

16 Desember 2023

Tulisan

           -Ya berarti tulisan bisa jadi doa, yang dikabulkan.

-Tapi nulis kan juga takdir? Jadi Dia pengen kita nulis itu dan suatu saat Dia juga yang kabulkan?

-Yakalau kamu percaya.

-Hmm.

-Akhirnya sering kejadian kan?

-Iya, tapi aku ga ngebayangin bisa se-unexpected ini.

-Ya siapa tau yang akan dikabulkan juga di luar bayanganmu.

Sesungguhnya jalan-jalan Allah itu yang terbaik dan apa yang perlu kita yakini adalah menjalani hari demi hari penuh dengan kesabaran, kebaikan, dan kebersyukuran. Lakukan yang terbaik karena kita bersyukur, bersyukur akan ilmu yang didapat, kesehatan dan kebugaran jasmani, kemapanan finansial, dan lainnya. Aku sangat percaya Allah itu Maha Mengetahui mimpi-mimpi kecil, gumaman-gumaman kecil, niat-niat kecil, keinginan-keinginan kecil yang walaupun itu hanya aku sampaikan dalam hati. Percaya banget bahkan saat itulah dimana aku menyadari bahwa memang Allah sebaik-baik tempat berpeluh, berdoa, bercerita, dan berpasrah. 

9 Desember 2023

Venturi

Alhamdulillah semuanya, akhirnya tepat tanggal 1 Desember kemarin Hanum sidang thesis yeay!!! Alhamdulillah after looong loong and slow-but-sure progress, dan barusan tadi pagi revisi selesai dan diterima dan ACC dan semoga bisa kekejar daftar wisuda periode Januari yeay! Alhamdulillah soo happy! Thankyou Allah :)

Berikut se-fruit lika-liku kehidupan aku selama di lab. Okay semua salam girls lab! ;)



Terakhir, aku ingin berterimakasih kepada orang-orang terkasih yang aku sebutkan di Halaman Persembahanku ini. Terimakasih Allah Engkau selalu baik memberikan kasih sayangMu melalui mereka :)



17 November 2023

Kacamata Kuda

Bisa jadi kejadian, situasi, atau apapun yang kamu anggap sebagai ujian, tantangan, peringatan itu adalah cara Allah untuk melepaskan kacamata kuda yang tanpa sadar kamu pakai. Kefokusan terhadap suatu hal yang berlebihan, kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan, harapan dan angan yang berlebihan. Agar pandanganmu lebih luas, agar hatimu lebih besar, agar makna hidupmu lebih dalam, agar kamu semakin mendekat, bersujud, dan berserah diri padaNya. Menerima bahwa ketetapanNya yang terbaik. Dan berusaha untuk tetap menjadi hambaNya yang terus memperbaiki diri, berpikir positif terhadap tangan-tanganNya yang selalu ada melindungi dan membimbing. Terdengar tidak mudah untuk dilakukan tapi..

Percayalah Allah selalu baik, sangat baik.


13 November 2023

Maha Kuasa

Aku baru menyadari bahwa ternyata untuk benar-benar sadar, merasakan, dan meyakini memang Allah itu mempunyai sifat Maha Kuasa. Ternyata perlu tau dan merasakan antitesisnya ya, yaitu lemah. Perlu tau dan merasakan lemah tersebut, dan siapa yang lemah? Tentu manusia. Perlu ada atau sering ada kejadian yang membuat sadar bahwa manusia itu begitu lemahnya. Sangat lemah. Merasakan terpuruk dengan amat sangat. Yang dapat menyadarkan bahwa ternyata selama ini dihatinya masih terbesit keyakinan yang tidak baik atau bahkan buruk, sangat buruk yang tanpa sadar, sangat tidak berasa, saking halusnya. Halus sekali. Seperti punya kendali atas hati orang lain, punya kendali atas keadaan-keadaan, atas rencana-rencana, atas hasil, atas apapun. Dan saat kendali tersebut terjadi di luar kuasanya dan sedikitpun tidak ada celah untuk menggenggamnya, baru kali itu sadar bahwa diri sangat lemah, sangat kecil. Maafkan aku Allah, aku sering merasa sudah cukup mengenalMu tapi ternyata usahaku masih dasar, hatiku masih dangkal, dan takwaku masih lemah. Maafkan aku Allah.

12 November 2023

Speed Up

Ada satu lagu Maher Zain yang sering aku ingat-ingat liriknya beberapa tahun kemarin, dari lagunya yang berjudul By My Side, dan ini lirik yang sering aku ingat.

Sometimes I can’t see 

Where I’m supposed to go

Sometimes I speed up, 

When I should take it slow

But through all my hard times

When I lose my way

You’re concealing my mistakes…

Pas pertama kali ngedengerin, wow iyaa bener, bener banget! beneran pernah merasakan semua kalimat-kalimat tersebut. Apalagi yang Sometimes i speed up when i should take it slow, untuk seorang Hanum yang dulu suka keburu-buru/hustle/dan ini itu mau dikerjain mau dicapai semua tiba-tiba semua pintu ditutup dan pas ngedengerin itu kayak oiya ya oiya bener juga ya. Dan lirik selanjutnya adalah apa yang aku rasakan benar saat slow dan through the hard times, Allah are concealing my mistakes. Literally conceal, naked, baru sadar kesalahan-kesalahan yang dipunya itu banyak banget, baru sadar hati ini kotor butek kusam. Lagu yang sungguh menyadarkan bahwa sombong sekali ini manusia berasa kuat kuasa suci bersih cling cling. Astaughfirullah. Perlu sering-sering didengerin ini lagu, pun lirik-lirik selanjutnya juga bagus. Terimakasih Maher Zain, may Allah always bless you.

 

5 November 2023

Hanum's Reading Style

Gara-gara bertemu dengan @alisiamanda sesama bookworm yang bisa langsung super get along and accidentally become bestie saat ngobrolin buku. Aku baru sadar kalau setiap bookworm itu punya style cara membaca buku nya masing-masing. Pun saat ngobrol juga baru sadar: ‘Oh ternyata aku kalau baca suka gini ya stylenya!’ Ingin sedikit sharing aja Hanum's Reading Style hihihi siapa tau bisa jadi inspirasi dalam menumbuhkan minat membaca✌😃

Pertama, Baca sesuka hati. 

Jadi sebenarnya aku bukan tipe yang sekali baca suatu buku harus habis dulu kemudian baru memperbolehkan diri untuk membaca buku selanjutnya. Jadi aku kalau misal lagi pengen/moodnya baca suatu genre, ya tinggal ambil di rak buku dan baca bebas. Semisal tiba-tiba kepikiran atau ingin belajar lebih dalam tentang suatu topik dan inget kalau punya buku yang membahas tentang hal tersebut kemudian langsung ambil. Jadi aku kalau baca buku bebas sesuka hati.

Kedua, Wajib baca Preface/Kata Pengantar/Prologue/Muqaddimah/Sekapur Sirih.

Ini suatu hal yang aku wajibkan saat akan baca suatu buku baru. Aku pasti akan baca kata pengantarnya, wajib! Karenaaaaa seru banget ternyata, jadi tau latar belakang lahirnya buku-buku tersebut kenapa ditulis, apa alasan yang bisa memotivasi penulis untuk menciptakan karya tersebut. Misal: banyak Kata Pengantar dalam karya Prof. Hamka itu menceritakan spesifik orang-orang yang menjadi inspirasi/motivasi beliau dalam menulis buku dgn topik tsb, bagaimana pertemuan, nasihat, dan kenangan yang beliau dapatkan. Kemudian misal bukunya Jared Diamond (Guns, Germs, and Steel) yang berawal dari suatu pertanyaan awam sederhana dari seorang suku asli pedalaman Papua yang kemudian dicari tau jawabannya selama 25 th riset dan akhirnya melahirkan suatu karya Pulitzer Prize. Atau dalam salah satu buku pegangan anak sipil UGM (Hidraulika I dan II) karya Prof. BTA (Bambang Triatmodjo) yang menyarankan untuk mahasiswa perlu belajar setidaknya 11 jam setiap harinya😅

Oiyaa btw dosen aku Prof. BTA ini punya channel youtube lhoo, kalian harus nonton dan subscribe --> Channel Youtube Prof. BTA 


Ketiga, Coret-coret dan doodleing. 

Aku baru sadar kenapa lebih suka buku daripada e-book karena suka banget kalau baca itu sambil doodle-doodle atau bikin bagan atau coret-coret. Selain itu jg kadang bikin summary di sticky notes/notebook. Dan waktu membaca itu suka membolak-balik halaman buat ngafalin atau mengendapkan main points dari suatu penjelasan. Misal kayak gini. I really like the stroke between the ballpoint and paper. 






Keempat, Deep Reading.

1 November 2023

heyho

Menemukan tulisan ini di doc arsip tulisan tumblr, jadi ceritanya dulu aku pernah punya tumblr. Nah karena bingung kenapa jadi kayak banyak medium tempat nulis akhirnya aku hapus tumblrnya dan fokus ke blog. Membaca ini seakan-akan merasa kayak: waa Hanum pernah sedewasa ini diumurnya yang dulu mungkin menginjak 20th, sekarang coba ayo dewasa lagi pemikirannya, responnya, reaksinya, attitude-nya, pikirannya, dan hatinya juga hehe semangat. 


hey hey hey 

that’s okay, emang ada yang tidak sesuai denganmu. ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencanamu, tetapi sesuai sekali dengan rencana Allah. yang lebih indah, yang lebih baik, untukmu jiwamu hatimu bahkan masa depanmu. Allah gamungkin menempatkanmu di titik ini kalau kamu tidak dimaksudkan untuk belajar, berserah, memperbaiki diri, dan terus berjalan. bangkit. 

that’s okay, gagal tidak sesuai rencana itu hal yang biasa. masa depanmu tidak tercermin dari apa yang kamu hadapi sekarang tapi bagaimana caramu meresponnya. 

it’s okay sweetheart. you are in the good situation. 

it’s okay. mereka hanya simpati saja, kalau mengasihani pun ya itu juga baik. why not. you still have a good character.

 


22 Oktober 2023

Agenda wajib

Karena dari kemarin sudah ngomongin yang berat-berat terus, sekarang ngomongin yang ringan-ringan aja yuk. Warning: Post ini akan sangat-sangat panjang karena...menjadi archives screencapture chats whatsapp dan video-video 'menarik' lainnya..

Jadi mungkin kalian sudah tau ya kalau aku itu anak bungsu dari 3 bersaudara yang selisih jarak kelahirannya lumayan jauh sekitar 15th dengan kakak kedua (Masku) dan 16th dengan kakak pertama (Mbakku). Nah karena hal tersebut kemungkinan besar di umur 27 tahunku sekarang sudah punya keponakan kan? Yaak benar, kalian tau berapa keponakanku? 7 keponakan guys. Banyak banget ya wkwkw, 4 dari mbakku dan 3 dari masku. Dengan rincian 5 perempuan 2 laki-laki dan yang paling besar sekarang kelas 3 SMA dan paling kecil umur 3 tahun. Bisa dipastikan juga ya kalau pulang mudik ke rumah Mbah Uty Bantul (rumahku) serame apa, ya benar, rame buanget. Kemudian bisa dipastikan juga kan siapa yang paling capek diantara semua anggota keluarga di rumah? Tentu si tante nya lah, disuruh ini itu oleh semua penghuni rumah🙂.

Dari setiap kepulangan mereka ke Bantul, selalu ada agenda wajib yang mereka lakukan. Yang dimana agenda tersebut seringnya pastinya atau iyalah harus dilakukan dengan tantenya, yaitu aku. Hampir setiap keponakan dari nomor 1 sampai 7 melakukan agenda wajib tersebut setiap pulang kampung ke bantul projotamansari. Oke jadi apasih agenda wajib tersebut? 

#1 Pergi ke Alun-alun Bantul 

Jadi di Bantul itu ada yang namanya Alun-alun Bantul dimana terdapat banyak wahana permainan buat anak-anak kecil batita sampai mungkin seumuran anak SD. Hampir semua keponakan (kecuali Ahmad yang masih kecil 3 tahun) pernah ke alun-alun ini dan namanya agenda wajib mereka selalu memastikan tidak pernah terlewat untuk ke Alun-alun. Sampai sering sudah dijadwal pokoknya kalau ke Alun-alun Bantul harus kesini dan kesini nanti jajan ini itu dan lain-lain yang tentunya tantenya ofcourse yang sering nganterin. Kalian tanya gak kok seseneng itu sih main ke Alun-alun Bantul, emang di tempat tinggal mereka ga ada ya? Sepertinya memang tidak ada, bukan tidak ada sih tapi ya adanya mall doang, jadi tempat terbuka luas ga terlalu banyak orang, murah, parkir murah, makan murah, banyak permainan seru, kayaknya ga ada di deket rumah mereka yang dimana domisilinya Bandung dan Jakarta. 

#2 Motoran Keliling Bantul

Selain ke Alun-alun Bantul, agenda wajib lainnya setiap keponakan adalah minta motoran keliling Bantul sama tantenya. Bahagia banget cuma motoran doang, mungkin karena mereka di kota jarang yang bisa jalan-jalan naik motor tanpa kemacetan, keramaian, polusi udara, dan keamanan yang terjaga. Tapi gacuma motoran doang sih pasti seringnya terus minta jajan, minta makan, minta beliin ini itu, pergi ke toko buku atau toko alat tulis, dan tentu semua itu ditanggung tantenya. Jadi sebenernya guys walaupun aku anak bungsu yang dari kecil terlihat semua kebutuhan terpenuhi dan sering di-spoiled kasih uang jajan ini itu sebenernya sama aja karena balik lagi uangnya ke kebutuhan-kebutuhan ini anak-anak masku dan mbakku becauze mereka maunya dibeliin tantenya katanya, okay siap🙂

Nah disini aku pengen archives chatan dan video-video semua keponakan yang menyebalkan, lucu, gemes, dan ngangenin. Karenaaaa jadi setelah scroll post-post lama aku jadi sedikit terharu hehehe soalnya kok ya sekarang sudah besar-besar mereka semua, bahkan dulu ceritanya masih 4 keponakan. Perbedaan yang sangat terlihat tentu dari bahan obrolan terutama dengan keponakan-keponakan yang sudah besar sudah puberty. Sudah beda lagi obrolan bahasannya sudah gakayak dulu yang ‘Yuk gofood tan yuk jajan tan yuk kebab tan’ sekarang udah yang:

‘Tante gimana sih caranya ngatasin males belajar.’

‘Tante bantuin tugas sekolah tan ga ngerti.’

‘Tante bantuin buat cv buat masuk osis.’ 

‘Tante aku milih jurusan kuliahnya apa ya.’

dan lain-lain

Ohya termasuk sekarang peranku tambah lagi yaitu peran sebagai tante yang perlu tetap menjadi netral kalau saat dicurhatin masalah mereka dengan orangtua mereka alias mbakku masku yang dimana setiap mereka curhat gitu tetap harus aku hadapi dengan senyuman dan tenang dan pemahaman yang tidak mengarah pada pihak manapun walaupun dalam hati: ‘hadeeh jan gimana sih masku/mbakku ini hadeeeh hadeeeh sabar’ wkwkwkkw

'Tanteeee tolongin masak mamah nyuruh ini itu dsb padahal aku kan ini itu dsb.'


Keponakan yang di Bandung: Kakak Shafa, Adik Tsaqif, Aisyah, dan Ahmad.

Dulu udah pernah aku tuliskan tentang Kakak Shafa dan Adik Tsaqif di post ini Bani Sudibyo (sebelum Aisyah dan Ahmad lahir) yang menceritakan Adik Tsaqif masih kecilll yang dulu sering aku panggil Si Perut Besar dan perlu kalian tau sekarang Adik Tsaqif sudah beneran besar karena baru saja masuk SMP di Kampus Terpadu Mualimin Yogyakarta, iya dia sekarang pesantren. Yang dimana setiap kamis minta gofood karena puasa senin-kamis dan setiap jumat aku harus laporan kalau sudah dijenguk atau belum dibawain makanan dan kebutuhan lainnya yang sudah dipesan untuk dibawakan. Sementara untuk Kakak Shafa sudah kelas 3 SMA yang sedang sibuk belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi tahun depan, yaampun time flies so fast ya. Kakak Shafa ini anak pertama, nah karena anak pertama yang karena tidak punya kakak, jadi sama aku itu seringgggg banget nanya-nanya pendapat, tugas, curhat, dan lain-lain bahkan untuk hal-hal kecil.









11 Oktober 2023

Secure Attachment

Ngomong-ngomong tentang Lia di post yang kemarin, aku jadi inget pembahasan Girl Talk beberapa minggu lalu sebelum nonton PetSher 2. Ada pembahasan menariiik banget bahkan sampai aku coba kulik lebih dalam lagi setelah pulangnya. Okay mari kita coba bahas disini ya..

Jadi waktu itu awalnya kami sedang membahas reels viral Daniel Mananta yang cerita tentang pengalamannya menemukan sekolah internasional yang diduga mendukung LGBT. Daaaaan ternyata aku baru tau itu video cuplikan dari video lengkap interviewnya dengan Prof. Quraish Shihab yang bahkan sampai ada 6 Part! kemana aja kamu Hanum masih belum nonton full videonya sampai sekarang! Oke mari kita nonton nanti setelah pembahasan ini yah. Dari video tersebut Daniel menceritakan bahwa pada saat mencari sekolah untuk putrinya, dia cukup kaget dengan temuan di salah satu sekolah, yaitu toilet yang dibedakan menjadi 3 jenis untuk perempuan, laki-laki, dan gender neutral. Hal tersebut mengagetkan Daniel karena tidak menyangka untuk sekolah internasional tersebut cukup terbuka dengan yang dinamakan 'Woke Agenda'. 


Jadi apa itu Woke Agenda? 

Menurut Daniel pada penjelasan video di atas, Woke Agenda adalah agenda yang digunakan untuk merujuk pada gerakan atau sikap yang bertujuan mendukung hak-hak LGBT+ yang sudah mulai meluas diterima di dunia barat, bahkan mengarah 'keharusan'. Agenda ini diharuskan ikut dalam setiap pembahasan yang berhubungan dengan pemenuhan hak-hak rakyatnya. Sebagai contoh misal memasukkan pemahaman gender neutral ke film-film kartun anak yang seharusnya temanya keluarga, pada buku-buku pendidikan, dan sejenisnya. Dalam woke agenda ini biasanya ditekankan untuk lebih mementingkan feeling atau perasaan daripada kebenaran, sehingga tidak mempedulikan bahwa perasaaan itu apakah benar atau salah, sesuai norma-norma apa tidak, perlu atau tidak untuk diikuti atau disetujui dan kemudian dijadikan pegangan diri. 

Daniel menyampaikan pandangannya bahwa cukup memprihatinkan dan sangat tidak setuju saat agenda ini sudah sampai menyusup ke ranah anak-anak kecil di bawah umur 18 tahun, yang dimana menurut Daniel pada umur tersebut anak-anak cenderung masih belum stabil dan sedang dalam pencarian jati diri. Daniel bersyukur jika video reels cuplikannya viral, karena menurutnya malah justru bagus sehingga kepedulian masyarakat terutama para orang tua tentang isu ini bisa lebih meningkat. Karena menurut Daniel, untuk memerangi atau melawan woke agenda ini harus dilakukan mulai dari tingkat paling dasar yaitu rumah. Daniel menekankan bahwa dirinya sebagai seorang ayah memiliki tugas untuk melindungi anak-anaknya, mempunyai sebuah otoritas untuk memberi fondasi dan memberi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Fondasi tersebut harus diajarkan dan dimulai dari rumah, dan bukan diberikan sepenuhnya kepada sekolah atau pihak-pihak dari luar. 

Dari penjelasan Daniel tersebut, aku dan Lia sangat sepakat dengan point of view Daniel, sangat memprihatinkan emang dengan fenomena tersebut, apalagi berarti sudah mulai masuk ke Indonesia. Dan aku sangat setuju dengan bahwa tidak bisa kita lebih mengunggulkan perasaan/feeling agar bisa lebih bebas dalam menentukan pilihan hidup kita dibandingkan kebenaran. Coba pikir, lha terus buat apa dong ada ilmu Psikologi? berabad-abad nenek moyang kita mempelajari ilmu Psikologi kalau bukan untuk mempelajari perasaan/feeling manusia itu? Pun perasaan/feeling itu kan juga muncul salah satunya dipengaruhi oleh hormon, jadi tidak hanya tentang kayak suatu wahyu atau pencerahan atau enlightment yang 'Ohiya nih kayaknya aku tuh merasa lebih nyaman menjadi laki-laki dibanding asliku perempuan’, dan sejenisnya. Sorry nih ya, kalau misal emang kamu merasa tidak nyaman itu kemungkinannya bisa banyak, bisa jadi dari faktor lingkungan, ketidakstabilan hormon pun bisa jadi dan memang ada penyakitnya misalnya PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome) yang tanpa sadar cukup banyak dialami perempuan. Nah penomorsatuan feeling seperti itu yang mungkin bagi Daniel seharusnya tidak kemudian dijadikan pertimbangan pokok dalam menjalani hidup. Lagian buat apa juga coba ada buku panduan berjilid-jilid pegangan mahasiswa-mahasiswa psikolog namanya DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang digunakan untuk menentukan apakah orang ini mengidap penyakit/disorders mental jenis apa dilihat dari gejala-gejala yang muncul dan dirasakannya. Malah kayak kembali ke jaman sebelum ada pengetahuan sebenernya woke agenda ini. 

Nah kemudian kita ngomongin tentang ‘rumah’. Untuk membangun fondasi kepada anak-anak, 'rumah' seperti apa sih yang dimaksud? 'rumah' yang dalam kondisi bagaimana yang dapat memberikan fondasi seperti itu? 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut aku jadi inget kalau pernyataan Daniel ini sama banget dengan pernyataan yang sering Bu dr. Aishah Dahlan katakan dalam video-video parenting atau kehidupan pernikahan nya yang akhir-akhir ini juga sering aku tonton. dr. Aishah Dahlan ini seorang dokter ahli rehabilitasi narkoba yang background dan kiprahnya sudah tidak diragukan lagi, ibunya ini yang dulu menangani proses rehab semua anggota Band Slank dan para fans fanatiknya. Bu Aishah sering mengatakan kalau penyebab utama dari anak-anak remaja bisa kena narkoba, pergaulan bebas, HIV/AIDS, dan sejenisnya itu biasanya karena anak tersebut tidak nyaman di rumah mereka sehingga kemudian mencari kenyamanan di luar. Padahal di luar rumah itu kalau kata Bu Aishah, lebih banyak ujiannya/hal-hal buruknya dibanding hal baik, jadi akhirnya anak menemukan kenyamanan dari lingkungan pergaulan yang tidak baik dan menyeret mereka ke hal-hal negatif. Rumah itu bisa menjadi tidak nyaman bagi anak-anak biasanya karena contohnya orang tua sering memarahi, membentak-bentak, tidak memperhatikan, tidak peduli, tidak mau mendengarkan anaknya, terlalu strict/kaku, dan lain-lain. Sehingga menyebabkan anak tidak nyaman untuk misal sekedar berbicara/curhat, apalagi mengungkapkan apa yang menjadi kegalauan/kemauan/kekhawatiran dan sejenisnya.

Nah kemudian coba pikir bagaimana kita mau memberikan fondasi kepada anak-anak kalau rumahnya saja tidak membuat mereka nyaman dan aman untuk sekedar berbicara mengungkapkan pendapat, atau bagaimana anak-anak tersebut bisa nyaman jika emosi mereka saja tidak divalidasi oleh orang-orang terdekat yang sangat diharapkan menjadi tumpuan utama dan pertama dalam dukungan emosional menjalani hidup mereka. Berartiiiii yang perlu dibangun terlebih dahulu adalah menciptakan rasa nyaman dalam rumah kan, kemudian bagaimana caranya? Tentu pelaku-pelaku di dalam rumah itu lah yang harus menciptakannya, yaitu orang tua.

Aku pernah baca ini menarik, jadi ada teori dalam psikologi parenting itu namanya Attachment Theory atau dalam bahasa indonesianya Teori Kelekatan. Jadi apa itu Teori Kelekatan? Sederhananya teori yang mempelajari tentang hubungan antara anak dan orang tua dengan tujuan untuk memberikan rasa aman, nyaman, dan terlindungi kepada anak waktu kecil, yang dimana hal itu nantinya sangat berpengaruh pada the child’s later social and emotional outcome. Orang tua dalam hidup seorang anak itu perlu memerankan banyak peran yaitu:

5 Oktober 2023

Me time after marriage

Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu aku diajak nonton film Petualangan Sherina 2 sama temenku, Lia (ig: sepatukuda__) karena kebetulan Lia penggemar berat PetSher 1 ofcourse dia ingin nonton sejak pertama film PetSher 2 release dan mengajakku yang juga sudah pernah menonton PetSher 1. Enggak kok, aku disini gamau ngomongin tentang filmnya. Tapiii aku ingin menuliskan insight yang aku dapatkan dari beberapa kali pertemuanku dengan Lia yang dimana setelah Lia berkeluarga dan mempunyai momongan yaitu baby Kelana yang lucu banget dan tumbuh pesat perkembangannya. Jadi salah dua temanku yang masih di Jogja sesaat setelah lulus yaitu Lia dan Rina (ig: rinnaningrum) karena juga mereka asli Jogja sih, walaupun pada akhirnya Rina awal tahun kemarin meninggalkan Jogja dan merantau ke ibukota. Selain salah dua tersebut, salah banyak temenku lainnya seperti my triple D (Dina-Della-mamah Dedew) sejak lulus sudah kembali ke kampung halamannya atau merantau ke ibukota. 

Tentu kehidupan persahabatanku dengan Lia sebelum dan sesudah mempunyai momongan diprediksikan akan berbeda ya(?) yang dimana sebelum mempunyai momongan bisa dengan lebih leluasa: Yuk makan siang. Yuk Girl Talk. Num aku jemput ya siap-siap. dan yuk yuk lainnya ketika sedang ingin refreshing, sharing-sharing, atau sekedar ngobrol. Setelah mempunyai momongan aku cenderung menghindari untuk mengajak Lia, bahkan setelah menikah, karena takutnya sedang repot, atau biasanya langsung silaturahmi ke rumahnya, itupun jaranggg paling menunggu kalau Rina pas balik Jogja dan memastikan suami Lia sedang tidak di rumah (karena LDM jadi takut mengganggu waktu mereka jika tiba-tiba ada tamu). Sehingga seringnya pertemuan kami bertiga atau aku berdua dengan Lia setelah Lia menikah itu banyak yang diinisiasi oleh dirinya, kemudian aku dan Rina mengiyakan sehingga jelas kan kalau waktunya Lia sedang luang.

Nah ada yang menarik setelah aku perhatikan selama beberapa kali pertemuanku dengan Lia setelah dia mempunyai momongan, yaitu tidak pernah saat kami bertemu itu dia bawa baby Lana, padahal aku kan juga pengen ketemu Lana Liii :(. Awalnya aku heran kenapa ya, kok bisa ya meninggalkan baby nya untuk ketemu temen doang (yang temennya kayak aku gini wkwkw maafkan tante ya Lana :( minjem ibunya bentar), walaupun tetap aku dan Rina berusaha menjaga agar tidak terlalu lama Girl Talk nya karena biasanya kami bisa berjam-jam kalau ketemu ngobrol saking asiknya hehehe. Saat misal ditanyakan 'Lana kok ga diajak Liii? :( yaaah..' biasanya jawabannya 'iya sama bibi di rumah tak tinggal bentar' atau 'Iya sama Ibuku di rumah, aku lagi mampir di rumah ibuku soalnya' (rumah ibunya Lia emang Jogja juga) atau jika saat suaminya sedang pulang dan diijinkan untuk kami Girl Talk maka jawabannya 'Iya udah diijinin terus katanya sama dia aja Lana, aku suruh berangkat'. Awalnya sebagai anak yang cukup konvensional pasti kepikiran juga: 'Masak anaknya ga diajakin sih masak ibunya ini itu dll berbagai stereotype negatif lainnya.' ya kan? (Tapi aku sangat yakin Lia adalah ibu yang paling paling baik terhadap anaknya, selain kalau Girl Talk salah satu topiknya pasti tentang parenting dan ngomongin tentang kebanggaan, kekhawatiran, kebahagian, dll perkembangannya Lana).

Untuk diriku yang sudah melihat 2 keluarga berkembang yaitu keluarga Masku dan Mbakku, yang telah membesarkan 7 anak, aku sedikit bisa memahami Lia. Karena menjadi orang tua itu berat guys trust me, terlebih menjadi seorang ibu. Sebelum mempunyai momongan waktu untuk diri sendiri (me time) lebih luas, tentunya berbeda setelah menjadi orang tua, peran yang berbeda dengan tanggungjawab yang meningkat. Sehingga waktu untuk diri sendiri jauuuh berkurang, dengan kesadaran diri bahwa memang perlu dikurangi, tetapi harus diingat jangan sampai tidak ada sama sekali. Me time itu penting, bahkan sudah berpasangan pun, me time juga perlu, karena di waktu-waktu inilah diri setidaknya digunakan untuk istirahat atau relaksasi atau step backs atau recharge energy atau merenung atau sekedar enjoy the moment menikmati fase hidup. Bisa dibayangkan kayak seperti kita sedang keluar sebentar dari track kehidupan kita, melihat dari atas track tersebut dan menyadari bahwa ternyata sudah sejauh itu ya. Dan saat-saat itulah juga bisa diselipkan doa-doa dan syukur atas apa yang telah Maha Pemberi Petunjuk jalankan track kehidupannya pada kita. Recharge energy dan recharge spirituality. 

12 September 2023

Menurun

Suatu waktu saat akan sholat berjamaah sama Ibuk, untuk catatan: Ibuku sudah tidak bisa lagi sholat sambil berdiri jadi kalau sholat 5 waktu selalu duduk dan berjamaah di rumah kemudian aku yang jadi imam nya. Percakapan di bawah ini aslinya dalam bahasa jawa dan indo, yang intinya:

Ibuk: ‘Dek ibuk lihat-lihat km sekarang kok udah jarang ngucap istighfar’

Aku: ‘Haa??? Maksutnya?’ *kaget

Ibuk: ‘Iya dulu sebelum umroh kayaknya sering ibuk denger km ngucap istighfar, dikit-dikit istighfar ada apa-apa pasti istighfar. Sekarang jarang Ibuk dengernya’ 

Aku: ‘Hah?! Masak sih?!’ *tertohok ulu hatiku

Ibuk: ‘Abis umroh bukannya tambah naik imannya kok malah turun’ 

Aku: ‘Masak sih?! Emang iya? Kok aku lupa’ *masih gapercaya mencoba membela diri tapi ya udah ketauan, karena gamungkin bilang lupa kalau emang udah jarang melisankan istighfar dalam setiap kejadian.

Astaghfirullahhaladzim Hanum :( 



19 Agustus 2023

PR

Jadi ceritanya beberapa hari ini lumayan sering nonton kajiannya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Untuk seorang Hanum yang fans berat Prof. Quraish Shihab ini termasuk cukup langka kalau cari kajian di Youtube selain dari Prof. Quraish. Itupun nonton kajian di Youtube adalah pilihan nomer dua setelah membaca buku-buku beliau dalam menemukan jawaban dari kebingungan atau pertanyaan yang sedang dicari. Biasanya kalau nonton kajian itu karena sedang sambil leyeh-leyeh atau butuh cepat jawabannya. Selain itu lebih suka nonton yang kontennya dua arah ada host-nya sehingga lebih interaktif, karena cukup bikin ngantuk juga bapaknya kalau ceramah sendiri didengerin terus-terusan :’’) Maaf Prof. hehe emang saking lembutnya ya suara dan hatinya. 

Nah pilihan pertama biasanya baca buku dengan mencari di salah satu koleksi beliau yang aku punya. Kadang kalau sudah menemukan jawabannya kemudian mencoba mendiskusikannya lebih lanjut dengan Ibuk. Pengen cerita dan ngasih tau ‘Ini lho anaknya juga paham agama niih’ wkwk yah walaupun pada akhirnya of course my mom akan bilang dengan intro: ‘Lah masak baru tauu..’ kemudian baru menjelaskan lebih lanjut. Kalau Ibuku lebih suka karya-karyanya Prof. Hamka, jadi di rak buku itu bersaing antara koleksi Prof. Hamka dengan Prof. Quraish. Aku pernah nyoba baca-baca bukunya Prof. Hamka cuma aku merasa kayak: ‘Yaampun bapaknya tegas banget sih :(’ aku kalau baca itu merasa kayak dimarahin tu loh wkwk, mungkin karena khas pembawaan orang minang juga ya, bagus kok tapi untukku yang anaknya sedikit manja sensitif ini, butuh kata-kata yang lembut dan menenangkan seperti cirinya Prof. Quraish hehe.

Kenapa lebih suka baca buku daripada cari kajiannya di Youtube? karena terkhusus Prof. Quraish, di awal sudah kubilang kalau lebih suka cari yang kontennya itu interaktif ada host-nya maka biasanya isiannya tidak lumayan detail dan kadang mengarah kemana-mana, jadi lebih suka baca bukunya yang sudah pasti lebih detail dan bisa lebih paham. Lha kenapa ga nonton yang kajian Bapaknya ceramah sendiri membahas lebih dalam suatu topik tertentu dan berjam-jam? Kan tadi udah kubilang kadang bikin ngantuk kalau bapaknya yang ceramah sendiri tidak ada interaksi. Hadeeh banyak maunya banget ni anak... ya Allah maafkan aku gimana sih ini adab mencari ilmunya :(

Oiya pernah juga menjadikan Ustadz Khalid Basalamah sebagai referensi kajian di Youtube karena pas ngedengerin itu hampir mirip perasaanku saat aku mendengarkan Prof. Quraish ceramah. Nah terus akhir-akhir ini sering liat di reels IG muncul cuplikan-cuplikan ceramahnya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri ini, beberapa kali nyoba ngedengerin reels nya kok samaaa perasaannya mirip saat aku mendengarkan ceramahnya Prof. Quraish dan bahkan hampir sama lembutnya. Alhasil aku jadi penasaran dan mencoba nonton kajian fullnya. Dan ternyata beneran bagus banget, aku suka, sejalan sekali dengan keinginanku dan lebih sukanya lagi adalah walaupun aku mendengarkan kajian fullnya yang berjam-jam itu aku tidak ngantuk sama sekali guys. Mantapp amazing *thumbs up* 
Soalnya pas ngedengerin itu sering bisa relate atau paham dengan ceramah beliau karena kayak bisa me-recall lagi apa yang sudah pernah aku baca: 'Oiya bener bener yang beliau katakan aku udah pernah baca di bukunya Prof. Quraish'. Padahal ya emang bener lah orang sama-sama ahli agama gimana sih kamu Hanum.

Nah kemudian...
Kemudian apa, ini mau ngomongin apa sih judulnya PR tapi pake intro panjangxlebarxtinggi dulu.
Hehehe iya maaf
Nah kemudian ada satu kajian yang baru saja aku tonton yaitu tentang Menjadi Wanita Terbaik (teruntuk semua perempuan yang baca ini, kalian wajib menonton kajian tersebut girls, terutama yang sedang mempersiapkan diri menuju pernikahan atau yang masih mencari-cari hilal jodohnya boleeeh banget gapapa sebagai bekal nantinya!). 

Nah jadi di akhir kajian tersebut sekitar menit ke 1:05:00, setelah dijelaskan semua sifat wanita terbaik itu seperti apa saja. Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri mengatakan bahwa terdapat penutup yang merupakan prasyarat utama untuk mengikat semua sifat yang sudah disebutkan, sehingga dapat bernilai sebagai pahala, prasyarat tersebut yaitu 'ketika mereka bertakwa kepada Allah'. Karena jika mereka tidak bertakwa pada Allah, walaupun ada seorang wanita yang memiliki semua sifat yang disebutkan dan hanya ditujukkan/diniatkan kepada manusia alias si suaminya saja yang berarti orientasinya hanya pada dunia, seperti sebatas rasa cinta wanita kepada laki-laki maka semua sifat itu tidak ada artinya/tidak ada manfaatnya/tidak berpahala. Jika tidak berniat bahwa melakukan itu semua karena Allah menyukainya/memerintahkannya. It goes nothing. 

Ini aku setuju banget sih, pas Ustadz nya ngomong gitu aku jadi inget sesuatu, aku pernah merasakan dan melakukan hal tersebut, tapi beda konteks. Konteksnya yaitu tentang berbakti kepada orang tua. Pada waktu merawat alm. Bapak yang sakit aku banyak belajar tentang topik berbakti kepada orang tua (birrul walidain) untuk mengetahui bagaimana caranya bakti kepada orang tua yang benar, seperti apa, kewajiban dan larangan, dsb. Mulai dari menonton semua video kajian Prof. Quraish dan beli bukunya yang khusus membahas topik tersebut dengan judul: 'BIRRUL WALIDAIN: Wawasan Al Qur'an tentang Bakti kepada Ibu Bapak' yang sering aku ulang-ulang tonton dan bacanya, terutama saat lagi capek-capeknya baik fisik maupun mental. Jadi sering inget waktu itu kalau lagi capek terus bilang sama diri sendiri: 
'Hanum ini semua kamu lakukan dengan baik karena Allah yang memerintahkan, inget kan bahkan baru dikatakan berbakti itu tingkatannya harus tinggi banget lho, bisa jadi kamu masih di tingkatan baru memenuhi kewajiban saja. Gapapa kalau kamu merasa capek lelah atau kamu merasa respon Bapak/Ibuk tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan yang penting kamu akan terus melakukan semuanya dengan baik sesuai yang dibilang dan ditulis Prof Quraish dibukunya, karena itu semua yang Allah perintahkan.'

Terus pas denger ceramah Ustadznya aku jadi kepikiran: 'Oiya ya kan nanti pas nikah bakal gitu juga ya, menjalani life after marriage pasti bakal ada kejadian-kejadian gitu juga ya'. Bagi yang udah nikah pasti pernah kejadian atau bahkan lumayan sering yang rasanya menghadapi pasangan itu: 
'Hadeeeeh gimana sih ini orang sabarrr, hadeeeeh nyebelin banget sabarrr, dan hadeeeh hadeeeh sabar lainnya'. 

Dan itu bertahun-tahun bayangin, ya emang bener kalau menikah itu ibadah terpanjang ya. Satu-satunya pegangan emang harus menempatkan semua yang dilakukan itu atas dasar niat karena Allah yang memerintahkan, Allah akan suka jika aku melakukannya dengan baik, dan semoga semua yang sudah kulakukan ini bernilai ibadah. That's all. Dilakukan terus menerus, mau respon si pasangannya tidak sesuai yang diharapkan tapi tetap harus diluruskan lagi niatnya, bangun lagi, luruskan niat lagi, bangun lagi, dst. 

Setelah mengetahui bahwa jika ingin menjadi wanita terbaik yaitu yang menyandang sifat-sifat yang telah dijelaskan dan diikat dengan prasyarat utama yaitu takwa pada Allah. Kemudian lanjutan dari ceramahnya Ustadz Nuzul Dzikri mengatakan bahwa untuk bisa bertakwa pada Allah yang pertama harus dibangun adalah kebersihan hati. Hati yang bersih ini tentu akan melahirkan amalan hati, hati yang bersih dari kesyirikan, hati yang ikhlas mencari ridho Allah. 

Nah kemudian masih mau ngomongin tentang hati atau kalbu, jadi pada sesi tanya jawab ada satu pertanyaan di menit sekitar 1:27:22 yaitu kira-kira begini bunyinya: 
'Assalamualaikum ustadz, izin bertanya bagaimana tips bertahan menjadi sosok istri sholehah yang terbaik bagi suami walaupun banyak cobaan dari sisi suami, suami masih suka jelalatan ngeliat foto selfie foto akhwat di sosmed dan seterusnya.' 

Sebenernya aku ga terlalu tertarik dengan pertanyaannya, tapi lebih tertarik pada jawaban Ustadznya, jadi gini jawabannya: 
'Yang pertama perlu dilakukan adalah bangun hubungan dengan rabbul alamin, karena yang dapat membolak-balikkan hati kita manusia hanya Allah SWT. Seperti yang hadist ini bilang:

إِنَّ الْقُلُوْبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ للّٰهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ

Sesungguhnya hati manusia itu berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, dimana Dia membolak-balikkan hati itu sekehendak-Nya.
Coba bangun hubungan dengan Allah minta biar Allah beri hidayah pada suaminya, agar Allah memberikan penjagaan bagi suaminya, jadi bangun hubungan kita dengan Allah SWT dan seterusnya.'

Pas denger hadist yang disebutkan terus inget: Oiya bener bener aku udah pernah nonton penjelasannya dan baca di bukunya Prof Quraish tentang hadist itu. Jadi maksutnya diantara dua jari-jemari itu penggambarannya kayak hati itu seperti koin yang dimainkan dengan dua jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah, paham ga maksutnya? jadi koin itu diletakkan antar kedua jari itu dan dimainkan, betapa mudahnya kan? 

Nah terus aku jadi inget ooh berarti yang aku rasakan pada post ini (Menjalani Hidup) dengan kesimpulannya: 'lebih menyadari bahwa hati manusia itu memang ada di genggamanNya, kuasaNya...' dan seterusnya dan seterusnya. Jadi yang aku rasakan itu ternyata mengacu pada hadist tersebut bahwa memang hati manusia digenggamanNya. 

Nah yang jadi PR adalaaaah aku baru sadar:
'Lho kok Hanum waktu nulis kesimpulan dari post Menjalani Hidup itu nggak sampe ke kesimpulan hadist itu sih katanya udah pernah baca udah pernah ngedengerin videonya Prof. Quraish. Gimana masak gadihubungkan dengan hadist itu.'

Kemudian aku akan menjawab: 'Iya benerr, tapi ya namanya manusia itu tempatnya lupa guys, jadi ya mohon maklum ehehehe' *mencoba ngeles
Tapi aku jadi sadar juga kayaknya emang nih sedang kurang kajian dan mencari ilmu atau membaca buku-buku agama lagi. Baru sadar ibrahnya yang perlu dihubungkan dengan maksut-maksutnya Allah ganyampe gimana sih ini, Ayoo di recall lagiii Hanum yang udah dipelajari, hadeeehhh! Peeeerrr banget ini! Makanya post-post sebelumnya kok kayak ga ada ilmunya cuma isiannya curhat-curhat mulu hadeeh...

Hehehe maafkan aku pembaca setia blogku *emang ada? :( 
Oke semoga kedepannya Hanum bisa melahirkan tulisan-tulisan yang dapat dipetik hikmahnya dan dihubungkan dengan maksut-maksut Allah sehingga dapat lebih tertancap dalam hati dan pikiran kita. Aaamiin, 

Okay see you in the next post terimakasih sudah membaca!


12 Agustus 2023

Membaik

Hanum percayalah, InsyaAllah hidupmu sekarang sudah berangsur-angsur membaik, kamu dan ibuk sudah bisa merasakannya kan? merasakan ga? Alhamdulillah :)

Percayalah Hanum, hidupmu sudah berangsur-angsur membaik sekarang, Bapak sudah tenang di Alam Barzakh sana, semua yang kemarin terjadi sudah berlalu, kamu sudah melaluinya dengan sangat baik, insyaAllah excellent kalau kata Allah mah. Dan pun sekarang ibuk sudah sangat lebih baik juga dari kesehatan, mental, dan pikiran, sudah lebih baik. Alhamdulillah. 

Hanum, sekarang waktunya kamu perlahan bangkit, bangkit untuk dirimu sendiri, gausah terburu-buru, gapapa pelan-pelan aja, pelan tapi pasti dan konsisten terus. Berani, percaya diri, bahagia, bersyukur, positif, dan melihat kedepan terus. Aku ingin kamu melihat kedepan terus, dan tawakal, tanamkan kalau semua yang ada di sekelilingmu, yang kamu khawatirkan dan sejenisnya itu Allah yang pegang, Allah yang Maha Kuasa mengontrolnya. Jadi yang penting dalam setiap harimu kamu menjalaninya dengan baik, bahagia, dan bertanggungjawab yah. Minta bimbingan, petunjuk, dan ketenangan terus sama Allah. Pegang dan selalu berada dalam koridorNya dengan selalu menomorsatukanNya :)

Jangan lupa juga ya jaga hati dan persiapkan untuk fase hidup yang berikutnya :) Bismillah. Allah Maha Kuasa atas segala hal.

9 Agustus 2023

Keluar dari Gua

Akhir-akhir ini aku sudah sering menengok instagram lagi, yang sebelumnya beberapa tahun kemarin jarang banget buka bahkan untuk sekedar update kehidupan teman-teman pun jarang. Sedikit lebih sering main di twitter dan quora. Dari kegiatanku menengok instagram tersebut aku mendapatkan perasaan seperti judul yang aku berikan di post ini: Keluar dari Gua.

Loh emang selama ini mengendap di Gua mana Hanum? Kenapa kamu merasa seperti Keluar dari Gua? Apa yang tampak baru atau apa yang mengagetkanmu? 

Jadi, ada banyak hal yang mengagetkanku tentunya misal kayak:

HAH??! kamu udah punya anak 3? ya Allah kemana aja gue :' wkwkwk maafkan aku ya ganengok huhu. 

HAH??! mereka jadinya nikah? kok bisa? wkwkwk

atau 

Yaampun kok bisa sih mereka sekarang awareee banget masalah lingkungan, keren banget sih bahkan kayak beyond my expectation sampe maen ke TPA Piyungan juga untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka tentang pengelolaan sampah?! Amazinggg! (karena aku aja kalau ga kunjungan lapangan dari kampus mungkin ga akan kesana hanya untuk sekedar liat-liat hehehehehehehe)

atau 

Yaampun anak-anak GenZ sekarang ambis-ambis banget, anak-anak S1 Sipil UGM sekarang keren-keren, anak lomba dan ambis semua, dulu diangkatanku kayak so rare dan so weird jadi anak ambis itu hehe.

atau

Yaampun banyak banget sih informasi/konten-konten yang mungkin tidak berguna untukku, ini semua orang di instagram pada akhirnya suka/kayak wajib sharing suatu konten gitu ya....jadi bingung ngikutin yang mana. 

dan hah heh hah heh dan yaampun yaampun lainnya. 

Aku merasa gapnya itu cukup jauh dari the latest trend instagram yang pernah aku tau/ikuti (circa awal 2018, sesaat setelah wisuda), jadi mungkin wajar aku kaget. Nah pertanyaan berikutnya, emang selama ini Hanum di Gua ngapain aja kok jarang keluar? 

Ada banyak kegiatan yang aku lakukan selama di Gua, salah satunya merawat orang tuaku. Alm. Bapakku dulu sakit Sirosis Hati namanya. Sebelumnya sudah ada sakit diabetes cuma tambah penyakit itu juga. Jadi apa itu Sirosis Hati? Sebenernya pengen bikin post sendiri tentang penyakit ini. Karenaaaa bakal panjang banget ceritanya. Jadi mungkin untuk yang penasaran bisa googling sendiri dulu ya. 

Sejak tahun awal 2016 seperti yang aku tulis di post ini Bapak Sakit, aku bahkan baru sadar saat scroll post-post lama kalau awal dari penyakit Sirosis Hati itu muncul dari awal 2016 tersebut. Bapakku sudah meninggal pada tanggal 24 Juni 2021 sehingga sekitar 5,5 th menjalani pengobatan untuk penyakit tsb. Sebagian besar waktu saat menjalani pengobatan, yang menjadi caregiver/yang merawatnya adalah ibuku dan aku, sebagai anak satu-satunya yang masih di rumah. Mbak dan Masku sudah bekerja dan berkeluarga domisili di Bandung dan Jakarta, mereka tidak bisa sepenuhnya ikut merawat, namun bakti dan kontribusi mereka tetap ada. Dari pengobatan selama 5,5 th tersebut, kalau di total banyak sekali yang sudah dilalui: 

-Berobat dan dirawat inap di RS tipe A, B, dan C sudah pernah. 

-Berobat ke poli umum sampai poli kanker sudah pernah (berikut salah satu ceritanya walaupun ga selesai soalnya sudah gakuat nulis lagi hehe Pertemuanku dengan Tulip: Instalasi Kanker Terpadu)

-Melewati 7 dokter spesialis Penyakit Dalam dengan berbagai subspesialis yang akhirnya baru menemukan dokter yang cocok untuk menangani penyakitnya Bapak, yaitu Dokter Neneng lebih lengkapnya: Dr. dr. Neneng Ratnasari, Sp. PD-KGEH, FINASIM. Dokter spesialis Penyakit Dalam dengan subspesialis Gastroenterologi, dokter idola keluarga kami karena dokternya pinteeeeer banget, pembawaannya juga tenang dan sederhana, mau ngejelasin dengan sabar dan cerdas setiap pertanyaan awamku dan ibuku. Amazing banget pokoknya, jadi salah satu my role model, pengen kalau jadi expertise gitu punya karakter kayak Dokter Neneng. 

-Menjalani transfusi darah dengan total sampai 70an kantong darah. 

-Masuk IGD tak terhitung jumlahnya, dari yang waktu pagi sampai dini hari. Lebih sering dini hari sih tiba-tiba Bapak lemes dan harus dibawa ke IGD.

-Keluar masuk RS untuk rawat inap, paling sering bahkan hampir tiap bulan itu di tahun 2017-2018. Bahkan beberapa kali sekitar 4-5 kali saat lebaran idul fitri/idul adha sedang dirawat di RS.

dan masih banyak lagi.

Hanya teman-teman paling dekatku yang mengetahui ini sejak lama dan sering mereka selalu menguatkanku dalam setiap prosesnya. Dari pengalaman merawat orang tua tersebut, aku jadi sedikit tau rasanya menjadi generasi sandwich, temen-temen yang menjadi anak pertama dengan saudaranya yang banyak dan masih ada tanggungan orangtua juga, yang diharapkan baik secara eksplisit maupun implisit untuk menjadi tulang punggung. Wow mereka orang-orang hebat yang berhasil dengan gila-gilaan menurunkan ego, menurunkan impian-impian, menahan diri mereka untuk kepentingan bersama, untuk orang-orang yang mereka sayang. Kalau menurutku itu sangat tidak mudah!

Dulu aku pernah denger dari beberapa temanku yang waktu ngerjain skripsi bilang seperti ini: 

'udahlah yang penting cepet selesai cepet lulus terus cari kerja, aku sudah ditunggu adik-adikku'. 

'aku kayaknya gajadi mau langsung S2 num mau kerja dulu, bahkan kayaknya ga S2 sekalian, soalnya ortuku udah nanyain terus kapan daftar kerja'.

Waktu mendengar itu, sebagai anak terakhir dengan selisih banyak yang sedari kecil lumayan dimanja hehe yang dari lahir sampai kuliah itu apa yang dimau tersedia (walaupun untungnya diri ini juga ga hedon dan untung bukan anak neko-neko alias kalem lebih suka di rumah *mencoba tampak innocent*), membalas perkataan mereka dengan mengangguk-angguk penuh takzim dan seperti mengerti ikut merasakan perjuangan yang harus anak-anak pertama tersebut lakukan.......padahal ternyataaaaa....ngrasain dulu dong baru paham hehehe. Maafkan aku teman-teman kalian benar-benar super keren. Semoga Allah selalu memberikan kalian keberkahan hidup dan limpahan rezeki. Aamiin.

Karena aku waktu itu juga pernah merasakannya, menurunkan ego, mengubur impian, dan menahan diri itu ternyata sangat sangat tidak mudah ya. Baru kali ini seorang anak yang biasanya jalan hidupnya lurus-mulus-full of life disuruh menurunkan ego dan mengerem usaha dalam menggapai impian-impiannya dalam waktu yang lama. Bahkan sering juga sampai merasakan hidup itu hanya menjalaninya saja, tidak ada target, tidak ada kemauan, hanya ada harapan di setiap langkah bahwa hari itu juga aku tetap harus menjalani kehidupanku dengan baik dan tanggungjawab. Sudah, selesai. Seorang Hanum yang biasanya punya target bulanan tahunan jadi sama sekali tidak ingin memilikinya, menuliskannya saja sudah tidak mampu. 

Side notes: Sebenernya aku tidak terlalu suka dengan istilah generasi sandwich ini, tidak terlalu percaya/mengimani/setuju, definisinya negatif dan judgemental, lagian siapa coba yang menakdirkan jadi sandwich gen? hal itu kan di luar kontrol kita, tapi kemudian kita seperti dijudge bahwa kasian banget sih hidup kamu sebagai sandwich gen. Orang-orang yang tadinya tidak masalah menjalani peran tersebut jadi mempertanyakan keadaan dirinya, jadi merasa iyaya emang kondisiku semengenaskan itu ya. Padahal berbuat baik kepada saudara kandung dan berbakti kepada orang tua itu wajib (dalam islam sih).

Baru beberapa hari ini juga merasa kehidupan berangsur-angsur jadi lebih baik. Alhamdulillah, matahari seperti sudah mulai menampakkan sinarnya di ufuk sana. Semburat cahaya mulai menyinari langit abu-abu. Kabut dingin mulai menyusut tergantikan hangat panas matahari.  

Baru sadar tepatnya 23 Agustus besok, Ibuk akan mengakhiri masa pengobatan TBC nya dengan minum obat tanpa putus selama 6 bulan terakhir ini. (update: ternyata masih diperpanjang 3 bulan menurut dokternya) 

Baru sadar terakhir rawat inap di RS itu bulan November 2022 kemarin saat sebelumnya berbulan-bulan Ibuk didiagnosa bronkopneumonia, taunya setelah cari second opinion ternyata selama ini TBC… akhirnya dengan diagnosa yang benar dan pengobatan yang benar sekarang sudah jarang batuk-batuk lagi. Masih ingat dulu ngeliat ibuk baru bangun tidur sudah batuk-batuk, lanjut dari pagi subuh tidak berhenti sampai malam mau tidur lagi. Pake uap nebulizer sehari bisa 3 kali, terapi 2 kali seminggu, tapi hasilnya hampir nihil karena masih sering batuk-batuk. Sampai hampir menyerah. Tapi Alhamdulillah ibuk begitu kuat, sabar, dan sangat disiplin yang akhirnya bisa selesai tuntas pengobatannya.

 

Jika pada akhirnya aku mendapatkan banyak pelajaran selama di Gua tersebut apakah berarti kita perlu mendefinisikan ulang 'Gua' itu atau perlu mengganti judul aja hehe. Karena toh di Gua itu pun ternyata Allah memberiku banyak sekali pengalaman dan pelajaran berharga. Sangat berharga. Yang akan selalu aku ingat sampai kapanpun. 

Akhir kata, pada akhirnya memang benar yang dituliskan oleh Aida Azlin dengan sangat menenangkan jiwa dalam salah satu Love Letter nya yang aku tulis dalam jurnalku, yang sering aku baca dan ingat-ingat, sebagai salah satu bentuk penguat dan penghibur. 

Because if we have been putting our lives on a pause as we wait, and if we've burdened ourselves by persistently overthinking as we wait, then we haven't quite learned how to wait with grace. Because the real test lies in the waiting. 

I learned that what you do as you wait, says a lot about yourself and your faith. When you wait with 100% trust in Allah's plans, gratitude takes over the place of anxiousness. Because you know with full conviction that He is just preparing you for what He has already planned for you and for that, you are forever thankful. 

When you wait with beautiful patience, you understand that Allah keeps no one waiting unless He sees that there is only goodness within the wait. Because sometimes the ultimate reward is not so much in what or who you've been waiting for, but rather in how you've been delicately transformed and blossomed as you wait. 

Also, if you think about it, what do you call someone who waits? A wait-er? And what does a waiter do? She serves. And perhaps that may just be it: as you wait, serve. Serve your parents, serve your family, serve your Community, but ultimately, serve Allah - and then see how your wait will stop being painful, but be peaceful instead.

Bagus banget ya kata-katanya sampai aku bikin header buat di blog ini: Beautifully Blossomed.  

Baik seperti itulah ceritaku saat berada di dalam Gua, yang akhirnya sekarang aku merasa sedang diberikan perjalanan untuk Keluar dari Gua. Memulai fase hidup yang selanjutnya dengan perlahan tapi penuh keyakinan dan hati yang teguh. Dengan Hanum yang lebih baik (aamiin) yang sudah membawa bekal banyak, bekal ilmu, pandangan, prinsip, kepercayaan diri, niat yang tulus, keberanian, kekuatan, iman, takwa, pembersihan hati, apalagi yaa, banyak pokoknya...

Doaku: Allah ingatkan selalu bekal ini, tambahkan jika perlu, pautkan dan bersihkan hatiku untukMu dalam setiap perjalanan ke depan yang akan Engkau berikan. Aamiin.

Sekian. Terimakasih sudah membaca! 



8 Agustus 2023

Menonton Anime

Di sela-sela beberapa tahun kemarin aku menjalani kehidupan saat merawat orang tuaku yang tentunya tidak mudah untuk berpikir jernih setiap saat, apalagi mempunyai target-target hidup yang ingin dicapai, aku menggunakan waktu istirahatku untuk mencari hiburan, salah satunya adalah menonton anime! yaa benar sekaliii kartun jepang hahaha.

Sekitar mulai akhir tahun 2020 waktu itu aku suka banget nonton anime, One Piece lebih tepatnya, walaupun anime yang lain aku coba tonton juga, tetapi One Piece (OP) yang episodenya sampe 900an itu aku sudah tonton guys wkwkwk. Kenapa One Piece? Jadi aku dulu waktu SD sudah pernah nonton One Piece di televisi dan mengikutinya dari episode awal tapi karena jaman dulu belum kayak sekarang internet ada dimana-mana jadi cuma mengandalkan update episode dari televisi saja yang dimana hanya bertahan sampai beberapa puluh episode yang ditayangkan. Nah kemudian akhir tahun 2020 itu penasaran nyoba nonton dari episode awal lagi sampai the latest episode waktu itu yang dimana jumlah episodenya 900an. Nah biasanya orang-orang yang sudah keranjingan nonton OP bisa dipastikan orang tersebut akan mencari video-video teori atau pendapat tentang alur ceritanya, bisa sejenis teori konspirasi misal dari salah satu arc(kayak chapter gitu). Nah tentu aku juga dong wkwkw, sampai ada satu video yang aku ikut komen panjang lebar pakai poin-poin segala, berikut:


Karena udah lama banget dan tidak pernah cek ulang lagi komen tersebut, ternyata barusan cek banyak yang likes dan comments, bahkan sampai dipanggil 'bang' wkwkw jelas-jelas profile picturenya aja pakai hijab. Ya Allah ngakak wkwkwkwk

Dari pengalamanku suka nonton anime ini aku baru menyadari bahwa ternyata coping mechanism setiap orang dalam menghadapi kehidupan itu beda-beda ya. Maksutku tentu selain yang wajibnya yaitu berusaha lebih dekat kepada Allah. Ternyata mencari/mempunyai hobby/hiburan yang setidaknya bisa bikin pikiran tetap waras itu perlu. Dan yaudah it's okay, selama itu tetap membuatmu waras, terhibur, tidak negatif, tidak merugikan orang lain, dan tentu tidak berlebihan banget, kenapa enggak? 

Aku jadi sedikit paham tentang: oooh kenapa ada fans k-pop yang segitunya ya, kenapa ada orang yang suka main game, kenapa pada suka k-drama ya sampai marathon-an nontonnya, kenapa ada orang suka anime sampai jadi wibu, dan seterusnya. Setelah mengalami sendiri, saat itu aku sering menggunakan kegiatan nonton anime sebagai self-reward dari mengerjakan suatu kegiatan yang melelahkan atau yang harus dikerjakan segera. Jadi misal kayak:

'Ayo Hanum segera kerjakan sekarang! sampai selesai terus nanti malem biar bisa nonton beberapa episode' 
'Haduh gabisa fokus nih nontonnya kalau belum selesai ngerjain, kerjain dulu lah' 
'Capek banget seharian tadi udah ini itu, sekarang waktunya nonton yey!' 

It works well dan ajaibnya bisa menjaga kewarasanku. Aku jadi tidak merendahkan atau memandang sebelah mata kepada orang-orang yang mempunyai coping mechanism macem-macem tersebut, yang dulu menurut seorang Hanum: ih apasih segitunya banget, ih ga produktif, yaampun buang-buang uang dan waktu banget sih, dan lain sebagainya, wkwkwk maafkan aku teman-teman, tenang Hanum sekarang sudah mengalami character development kok (istilah di anime untuk tokohnya yang mengalami perkembangan karakter setelah melalui berbagai arc yang membuatnya menjadi karakter yang lebih baik). Ntap wkwkwkwk. Bahkan aku sampai pernah punya keinginan (sekarang pun masih mau juga kok)  buat kalau ke Jepang pengen datang ke live action/event nya One Piece, liat artist-artist pada cosplay memerankan tokoh-tokoh One Piece yang kok bisa banget sih mirip, tingginya, bentuk badannya, dll, keren banget. 

Lha terus sekarang Hanum masih suka nonton One Piece atau anime ga? 
Umm sudah enggak ngikutin One Piece sih, tapi ada satu anime yang aku masih update nonton, walaupun gasering, namanya Atashin'chi! ini anime ringan dan lucuu banget, jadi cocok buat self-reward juga soalnya gaperlu mikir nontonnya. Tentang keluarga kecil dengan tokoh Mrs. Tachibana/Okaasan (Ibu), Mr. Tachibana/Otousan (Ayah), Mikan (Anak Pertama), dan Yuzuhiko (Anak Terakhir), ceritanya ringan tentang kehidupan sehari-hari, masalah-masalah kecil keluarga, hubungan orang tua dengan anaknya, cerita Okaasan sehari-hari struggling menjadi ibu rumah tangga yanggg aku juga sering relate misal kayak pattern-nya Okaasan kalau belanja di supermarket itu gimana, alasan-alasan konyol yang hanya perempuan yang tau bedanya harga seribu-duaribu itu bikin sakit hati kalau baru tau ternyata ada yang lebih murah wkwkwkwk Aku sampai kadang mikir: Duh aku lama-lama kok kayak Okaasan sih. Ya seperti itulah, coba tonton, lucuuu bikin ketawa dan super ringan gaperlu mikir: Atashin'chi.

Yak jadi seperti itulah salah satu fase hidup yang pernah aku alami, setidaknya membuat Hanum lebih humbled ya dan gamudah berburuk sangka dan negative vibes. Terimakasih sudah membaca! :)

27 Juli 2023

Menjalani Hidup

Akhir-akhir ini aku belajar tentang frasa ini yaitu Menjalani Hidup. Frasa yang sangat sederhana tapi juga terasa sangat asing bagiku, bagi lingkunganku terutama. Karena… hmm hidup dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi ambisi, cita-cita, dan kehidupan yang lebih baik, frasa Menjalani Hidup itu seperti sangat asing, naif, pesimis, dan terkesan negatif. Tapi setelah mengalami fase hidup yang roller coasternya luar biasa dengan durasi yang cukup lama, rasanya… frasa itulah yang dapat menyelamatkan hidupku, setidaknya kewarasanku sampai detik ini.

Aku belajar bahwa hidup itu tidak selalu mulus dan jangan mengira bahwa hidup itu harus mulus. Wait, bentar ya bukan maksutnya pesimis, tapi maksut dari perkataan ini adalah agar saat kita diberi cobaan, ujian, atau tantangan hidup kita bisa menerima dan menjalani dengan ikhlas, bukan dengan menghindar. Gatau kenapa aku merasa kalau mindsetnya sudah:


‘pokoknya aku ingin hidupnya mulus sampai akhir hayat!’


kita cenderung ingin menghindari cobaan atau ujian yang sedang diberikan Allah bukan malah menjalaninya atau menyelesaikannya. Mungkin memang sesuai fasenya dulu kali ya, ‘denial’. 


Tanpa sadar saat kita memegang mindset tersebut kita juga membentengi diri pada suatu hal yaitu ketidaksempurnaan. Kayak anti banget jadinya sama ketidaksempurnaan, ketidaklancaran, ketidakmudahan, kegagalan, dll. Padahal semua itu bagian dari hidup. Emang kamu lagi di surga menuntut semua serba sempurna, ya enggak bisa lah :)


Aku menyadari ini saat aku sendiri menjadi bagian dari ketidaksempurnaan tersebut. Sendirian. Dan berusaha mati-matian untuk menangani diri, gentle pada diri sendiri, dan menggapapakan diri sendiri.


I’ve been strive to be a perfect person for years, a perfect daughter, a perfect student, and a perfect friends, until I become nothing (menurut standar society atau menurut mereka). For the first time i feel imperfect and cant catch up with those perfectionism for a long time.


Berkali-kali gagal dalam berbagai aspek kehidupan. Aku sudah pernah gagal tapi baru kali ini benar-benar gagal dalam waktu yang lama dan dalam banyak hal, beruntun pula. Menyakitkan? So pasti, Rendah diri? Tentu, Seperti tiada ujung? Sangat. Rasanya kayak mengalami nightmare yang panjang dan nunggu-nunggu kapan matahari akan terbit jadi aku bisa bangun. 


Merasa mengecewakan orang-orang di sekitar? Tentu, bagaimana tidak? Yang selama ini digadang-gadang kehidupannya akan lebih baik siapa :) dan akhirnya hasilnya bagaimana? 


Sampai bingung juga sama diri sendiri kenapa bisa kayak gini ya kenapa ya kenapa ya. Tapi dari semua hal yang aku alami tersebut aku jadi belajar melihat diri sendiri lebih dalam, melihat diriku as a human being. Aku jadi sering bertanya pada diri sendiri saat menghadapi penolakan/kegagalan dan kekecewaan dari orang-orang sekitarku. Pertanyaan seperti: 


‘Hanum, kalaupun kamu gagal, kamu berada di titik terendahmu atau sebenernya titik terendah menurut mereka, kamu sayang ga sama diri sendiri? Kamu menerima dirimu sendiri ga? Kamu menerima Hanum yang sekarang ga?’ 


Kemudian kayak sadar, oiya ya, kalau bukan aku sendiri yang menerima bahwa aku seperti ini, aku punya kekurangan, aku sedang gagal, aku sedang menghadapi hal pahit dalam hidupku, terus siapa lagi? Saat semua melawanku, terus yang membela diri dan menggapapakan diri sendiri siapa? Kemudian jadi mikir lagi:


‘Lagian ya Hanum yang kamu sedang hadapi itu ga negatif-negatif banget kok. Emang kamu kena narkoba, kena pergaulan bebas, kena ini itu yang ekstrim banget kejadiannya, enggak kan? wkwkwk yaudaah…😅’


Anti terhadap kegagalan atau ketidaksempurnaan biasanya timbul karena orang-orang seperti itu tanpa sadar mereka menganggap dapat mengontrol sebagian besar hidup mereka dan lupa bahwa hidup mereka dapat berjalan mulus pun itu dari takdirNya. Pikiran seperti:


‘Iyalah aku kan sudah bekerja keras, aku sudah disiplin, aku sudah banyak membantu orang, dan lain-lain. Makanya sekarang aku dapat hasilnya nih.’


Mengira bahwa mereka memang pantas mendapatkan itu hanya dari hasil jerih payah mereka. Lupa kalau ada tangan Allah yang menggerakkan juga. Bahkan bisa jadi keselip rasa-rasa sombongnya: 


‘Makanya kerja/usaha keras kayak aku, kamu sih ga ini itu dll makanya ga berhasil.’


Mungkin karena mereka belum pernah atau sudah lama tidak menghadapi kejadian bahwa sudah berusaha dengan keras, sudah semua dilakukan, 99% yakin jika akan berhasil dan sebagainya tetapi hasilnya nothing. Lupa kalau ada tanganNya yang lebih kuasa.


Selain itu aku juga jadi punya pandangan baru tentang menghadapi kekecewaan dari orang-orang sekitar. Aku baru sadar kalau rasa kecewa mereka padaku itu sebenernya setelah dipikir-pikir adalah bentuk kecewa mereka terhadap takdir yang sudah Allah jalankan padaku. Objek yang mereka kecewakan bukan aku, tapi takdirku. Kenapa? Ya karena coba liat lagi: kamu sudah selalu berusaha dengan baik, tekun, rajin, kerja keras, jujur, dan berdoa. Sedikitpun tidak keluar dari cara-cara yang diatur olehNya. Tapi hasilnya? semua pintu ditutup, berarti emang sudah takdir Allah kan yang berbicara. Mau semua orang di dunia ini mengutarakan kekecewaan padamu tapi kalau memang itu takdirNya ya kamu tidak bisa berbuat apapun. Jadi sebenarnya objek kekecewaan mereka bukan kamu Hanum, tapi takdirNya yang tentu kamu tidak bisa ubah, tidak bisa kontrol. Jadi tenang ya, kamu jangan merasa bersalah dan merasa sedih, kamu sudah melakukan semua prosesnya dengan baik.


Pandangan seperti itu sangat membantuku sekali, membantu meredam emosi, membersihkan hati, membersihkan pikiran, lebih sabar dalam berperilaku, dan lebih mawas diri. Dan tentunya lebih mendekat ke Allah, lebih menyadari bahwa hati manusia itu memang ada di genggamanNya, kuasaNya. Aku tidak bisa berbuat apapun, tidak bisa memastikan, memprediksi/estimasi kayak kalau aku berbuat seperti ini padanya maka dia akan seperti ini padaku, sama sekali tidak bisa diprediksi. Jadi karena kesadaran seperti itulah yang membuatku dapat bertahan menjalani hidup dan mau untuk tetap berbuat baik, sopan, menghargai, dan ramah terhadap siapapun. I see them as a human being, saat aku bisa melihat diriku sendiri as a human being yang punya kekurangan, kelebihan, dan sebagainya. 


Pada akhirnya aku hanya ingin berterimakasih ke diri sendiri. Terimakasih ya untuk Hanum yang selalu bisa atau selalu berusaha melihat sesuatu dari sisi yang positif, selalu ingin berprasangka baik dengan orang dan terlebih dengan Allah. 

Selalu berusaha untuk memaafkan dan bilang sama diri sendiri ‘yaudah gapapa yang penting kamu tetap menghargai dan berbuat baik sama mereka okay? ;)’ 


Yuk tetap menjalani hidup dengan baik, mau seperti apapun bentuk kehidupan yang sedang terjadi, sedang di atas atau di bawah, sedang mulus atau tidak, benang merahnya yaitu selalu pautkan hatimu untukNya ya :)