19 Agustus 2023

PR

Jadi ceritanya beberapa hari ini lumayan sering nonton kajiannya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Untuk seorang Hanum yang fans berat Prof. Quraish Shihab ini termasuk cukup langka kalau cari kajian di Youtube selain dari Prof. Quraish. Itupun nonton kajian di Youtube adalah pilihan nomer dua setelah membaca buku-buku beliau dalam menemukan jawaban dari kebingungan atau pertanyaan yang sedang dicari. Biasanya kalau nonton kajian itu karena sedang sambil leyeh-leyeh atau butuh cepat jawabannya. Selain itu lebih suka nonton yang kontennya dua arah ada host-nya sehingga lebih interaktif, karena cukup bikin ngantuk juga bapaknya kalau ceramah sendiri didengerin terus-terusan :’’) Maaf Prof. hehe emang saking lembutnya ya suara dan hatinya. 

Nah pilihan pertama biasanya baca buku dengan mencari di salah satu koleksi beliau yang aku punya. Kadang kalau sudah menemukan jawabannya kemudian mencoba mendiskusikannya lebih lanjut dengan Ibuk. Pengen cerita dan ngasih tau ‘Ini lho anaknya juga paham agama niih’ wkwk yah walaupun pada akhirnya of course my mom akan bilang dengan intro: ‘Lah masak baru tauu..’ kemudian baru menjelaskan lebih lanjut. Kalau Ibuku lebih suka karya-karyanya Prof. Hamka, jadi di rak buku itu bersaing antara koleksi Prof. Hamka dengan Prof. Quraish. Aku pernah nyoba baca-baca bukunya Prof. Hamka cuma aku merasa kayak: ‘Yaampun bapaknya tegas banget sih :(’ aku kalau baca itu merasa kayak dimarahin tu loh wkwk, mungkin karena khas pembawaan orang minang juga ya, bagus kok tapi untukku yang anaknya sedikit manja sensitif ini, butuh kata-kata yang lembut dan menenangkan seperti cirinya Prof. Quraish hehe.

Kenapa lebih suka baca buku daripada cari kajiannya di Youtube? karena terkhusus Prof. Quraish, di awal sudah kubilang kalau lebih suka cari yang kontennya itu interaktif ada host-nya maka biasanya isiannya tidak lumayan detail dan kadang mengarah kemana-mana, jadi lebih suka baca bukunya yang sudah pasti lebih detail dan bisa lebih paham. Lha kenapa ga nonton yang kajian Bapaknya ceramah sendiri membahas lebih dalam suatu topik tertentu dan berjam-jam? Kan tadi udah kubilang kadang bikin ngantuk kalau bapaknya yang ceramah sendiri tidak ada interaksi. Hadeeh banyak maunya banget ni anak... ya Allah maafkan aku gimana sih ini adab mencari ilmunya :(

Oiya pernah juga menjadikan Ustadz Khalid Basalamah sebagai referensi kajian di Youtube karena pas ngedengerin itu hampir mirip perasaanku saat aku mendengarkan Prof. Quraish ceramah. Nah terus akhir-akhir ini sering liat di reels IG muncul cuplikan-cuplikan ceramahnya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri ini, beberapa kali nyoba ngedengerin reels nya kok samaaa perasaannya mirip saat aku mendengarkan ceramahnya Prof. Quraish dan bahkan hampir sama lembutnya. Alhasil aku jadi penasaran dan mencoba nonton kajian fullnya. Dan ternyata beneran bagus banget, aku suka, sejalan sekali dengan keinginanku dan lebih sukanya lagi adalah walaupun aku mendengarkan kajian fullnya yang berjam-jam itu aku tidak ngantuk sama sekali guys. Mantapp amazing *thumbs up* 
Soalnya pas ngedengerin itu sering bisa relate atau paham dengan ceramah beliau karena kayak bisa me-recall lagi apa yang sudah pernah aku baca: 'Oiya bener bener yang beliau katakan aku udah pernah baca di bukunya Prof. Quraish'. Padahal ya emang bener lah orang sama-sama ahli agama gimana sih kamu Hanum.

Nah kemudian...
Kemudian apa, ini mau ngomongin apa sih judulnya PR tapi pake intro panjangxlebarxtinggi dulu.
Hehehe iya maaf
Nah kemudian ada satu kajian yang baru saja aku tonton yaitu tentang Menjadi Wanita Terbaik (teruntuk semua perempuan yang baca ini, kalian wajib menonton kajian tersebut girls, terutama yang sedang mempersiapkan diri menuju pernikahan atau yang masih mencari-cari hilal jodohnya boleeeh banget gapapa sebagai bekal nantinya!). 

Nah jadi di akhir kajian tersebut sekitar menit ke 1:05:00, setelah dijelaskan semua sifat wanita terbaik itu seperti apa saja. Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri mengatakan bahwa terdapat penutup yang merupakan prasyarat utama untuk mengikat semua sifat yang sudah disebutkan, sehingga dapat bernilai sebagai pahala, prasyarat tersebut yaitu 'ketika mereka bertakwa kepada Allah'. Karena jika mereka tidak bertakwa pada Allah, walaupun ada seorang wanita yang memiliki semua sifat yang disebutkan dan hanya ditujukkan/diniatkan kepada manusia alias si suaminya saja yang berarti orientasinya hanya pada dunia, seperti sebatas rasa cinta wanita kepada laki-laki maka semua sifat itu tidak ada artinya/tidak ada manfaatnya/tidak berpahala. Jika tidak berniat bahwa melakukan itu semua karena Allah menyukainya/memerintahkannya. It goes nothing. 

Ini aku setuju banget sih, pas Ustadz nya ngomong gitu aku jadi inget sesuatu, aku pernah merasakan dan melakukan hal tersebut, tapi beda konteks. Konteksnya yaitu tentang berbakti kepada orang tua. Pada waktu merawat alm. Bapak yang sakit aku banyak belajar tentang topik berbakti kepada orang tua (birrul walidain) untuk mengetahui bagaimana caranya bakti kepada orang tua yang benar, seperti apa, kewajiban dan larangan, dsb. Mulai dari menonton semua video kajian Prof. Quraish dan beli bukunya yang khusus membahas topik tersebut dengan judul: 'BIRRUL WALIDAIN: Wawasan Al Qur'an tentang Bakti kepada Ibu Bapak' yang sering aku ulang-ulang tonton dan bacanya, terutama saat lagi capek-capeknya baik fisik maupun mental. Jadi sering inget waktu itu kalau lagi capek terus bilang sama diri sendiri: 
'Hanum ini semua kamu lakukan dengan baik karena Allah yang memerintahkan, inget kan bahkan baru dikatakan berbakti itu tingkatannya harus tinggi banget lho, bisa jadi kamu masih di tingkatan baru memenuhi kewajiban saja. Gapapa kalau kamu merasa capek lelah atau kamu merasa respon Bapak/Ibuk tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan yang penting kamu akan terus melakukan semuanya dengan baik sesuai yang dibilang dan ditulis Prof Quraish dibukunya, karena itu semua yang Allah perintahkan.'

Terus pas denger ceramah Ustadznya aku jadi kepikiran: 'Oiya ya kan nanti pas nikah bakal gitu juga ya, menjalani life after marriage pasti bakal ada kejadian-kejadian gitu juga ya'. Bagi yang udah nikah pasti pernah kejadian atau bahkan lumayan sering yang rasanya menghadapi pasangan itu: 
'Hadeeeeh gimana sih ini orang sabarrr, hadeeeeh nyebelin banget sabarrr, dan hadeeeh hadeeeh sabar lainnya'. 

Dan itu bertahun-tahun bayangin, ya emang bener kalau menikah itu ibadah terpanjang ya. Satu-satunya pegangan emang harus menempatkan semua yang dilakukan itu atas dasar niat karena Allah yang memerintahkan, Allah akan suka jika aku melakukannya dengan baik, dan semoga semua yang sudah kulakukan ini bernilai ibadah. That's all. Dilakukan terus menerus, mau respon si pasangannya tidak sesuai yang diharapkan tapi tetap harus diluruskan lagi niatnya, bangun lagi, luruskan niat lagi, bangun lagi, dst. 

Setelah mengetahui bahwa jika ingin menjadi wanita terbaik yaitu yang menyandang sifat-sifat yang telah dijelaskan dan diikat dengan prasyarat utama yaitu takwa pada Allah. Kemudian lanjutan dari ceramahnya Ustadz Nuzul Dzikri mengatakan bahwa untuk bisa bertakwa pada Allah yang pertama harus dibangun adalah kebersihan hati. Hati yang bersih ini tentu akan melahirkan amalan hati, hati yang bersih dari kesyirikan, hati yang ikhlas mencari ridho Allah. 

Nah kemudian masih mau ngomongin tentang hati atau kalbu, jadi pada sesi tanya jawab ada satu pertanyaan di menit sekitar 1:27:22 yaitu kira-kira begini bunyinya: 
'Assalamualaikum ustadz, izin bertanya bagaimana tips bertahan menjadi sosok istri sholehah yang terbaik bagi suami walaupun banyak cobaan dari sisi suami, suami masih suka jelalatan ngeliat foto selfie foto akhwat di sosmed dan seterusnya.' 

Sebenernya aku ga terlalu tertarik dengan pertanyaannya, tapi lebih tertarik pada jawaban Ustadznya, jadi gini jawabannya: 
'Yang pertama perlu dilakukan adalah bangun hubungan dengan rabbul alamin, karena yang dapat membolak-balikkan hati kita manusia hanya Allah SWT. Seperti yang hadist ini bilang:

إِنَّ الْقُلُوْبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ للّٰهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ

Sesungguhnya hati manusia itu berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, dimana Dia membolak-balikkan hati itu sekehendak-Nya.
Coba bangun hubungan dengan Allah minta biar Allah beri hidayah pada suaminya, agar Allah memberikan penjagaan bagi suaminya, jadi bangun hubungan kita dengan Allah SWT dan seterusnya.'

Pas denger hadist yang disebutkan terus inget: Oiya bener bener aku udah pernah nonton penjelasannya dan baca di bukunya Prof Quraish tentang hadist itu. Jadi maksutnya diantara dua jari-jemari itu penggambarannya kayak hati itu seperti koin yang dimainkan dengan dua jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah, paham ga maksutnya? jadi koin itu diletakkan antar kedua jari itu dan dimainkan, betapa mudahnya kan? 

Nah terus aku jadi inget ooh berarti yang aku rasakan pada post ini (Menjalani Hidup) dengan kesimpulannya: 'lebih menyadari bahwa hati manusia itu memang ada di genggamanNya, kuasaNya...' dan seterusnya dan seterusnya. Jadi yang aku rasakan itu ternyata mengacu pada hadist tersebut bahwa memang hati manusia digenggamanNya. 

Nah yang jadi PR adalaaaah aku baru sadar:
'Lho kok Hanum waktu nulis kesimpulan dari post Menjalani Hidup itu nggak sampe ke kesimpulan hadist itu sih katanya udah pernah baca udah pernah ngedengerin videonya Prof. Quraish. Gimana masak gadihubungkan dengan hadist itu.'

Kemudian aku akan menjawab: 'Iya benerr, tapi ya namanya manusia itu tempatnya lupa guys, jadi ya mohon maklum ehehehe' *mencoba ngeles
Tapi aku jadi sadar juga kayaknya emang nih sedang kurang kajian dan mencari ilmu atau membaca buku-buku agama lagi. Baru sadar ibrahnya yang perlu dihubungkan dengan maksut-maksutnya Allah ganyampe gimana sih ini, Ayoo di recall lagiii Hanum yang udah dipelajari, hadeeehhh! Peeeerrr banget ini! Makanya post-post sebelumnya kok kayak ga ada ilmunya cuma isiannya curhat-curhat mulu hadeeh...

Hehehe maafkan aku pembaca setia blogku *emang ada? :( 
Oke semoga kedepannya Hanum bisa melahirkan tulisan-tulisan yang dapat dipetik hikmahnya dan dihubungkan dengan maksut-maksut Allah sehingga dapat lebih tertancap dalam hati dan pikiran kita. Aaamiin, 

Okay see you in the next post terimakasih sudah membaca!


12 Agustus 2023

Membaik

Hanum percayalah, InsyaAllah hidupmu sekarang sudah berangsur-angsur membaik, kamu dan ibuk sudah bisa merasakannya kan? merasakan ga? Alhamdulillah :)

Percayalah Hanum, hidupmu sudah berangsur-angsur membaik sekarang, Bapak sudah tenang di Alam Barzakh sana, semua yang kemarin terjadi sudah berlalu, kamu sudah melaluinya dengan sangat baik, insyaAllah excellent kalau kata Allah mah. Dan pun sekarang ibuk sudah sangat lebih baik juga dari kesehatan, mental, dan pikiran, sudah lebih baik. Alhamdulillah. 

Hanum, sekarang waktunya kamu perlahan bangkit, bangkit untuk dirimu sendiri, gausah terburu-buru, gapapa pelan-pelan aja, pelan tapi pasti dan konsisten terus. Berani, percaya diri, bahagia, bersyukur, positif, dan melihat kedepan terus. Aku ingin kamu melihat kedepan terus, dan tawakal, tanamkan kalau semua yang ada di sekelilingmu, yang kamu khawatirkan dan sejenisnya itu Allah yang pegang, Allah yang Maha Kuasa mengontrolnya. Jadi yang penting dalam setiap harimu kamu menjalaninya dengan baik, bahagia, dan bertanggungjawab yah. Minta bimbingan, petunjuk, dan ketenangan terus sama Allah. Pegang dan selalu berada dalam koridorNya dengan selalu menomorsatukanNya :)

Jangan lupa juga ya jaga hati dan persiapkan untuk fase hidup yang berikutnya :) Bismillah. Allah Maha Kuasa atas segala hal.

9 Agustus 2023

Keluar dari Gua

Akhir-akhir ini aku sudah sering menengok instagram lagi, yang sebelumnya beberapa tahun kemarin jarang banget buka bahkan untuk sekedar update kehidupan teman-teman pun jarang. Sedikit lebih sering main di twitter dan quora. Dari kegiatanku menengok instagram tersebut aku mendapatkan perasaan seperti judul yang aku berikan di post ini: Keluar dari Gua.

Loh emang selama ini mengendap di Gua mana Hanum? Kenapa kamu merasa seperti Keluar dari Gua? Apa yang tampak baru atau apa yang mengagetkanmu? 

Jadi, ada banyak hal yang mengagetkanku tentunya misal kayak:

HAH??! kamu udah punya anak 3? ya Allah kemana aja gue :' wkwkwk maafkan aku ya ganengok huhu. 

HAH??! mereka jadinya nikah? kok bisa? wkwkwk

atau 

Yaampun kok bisa sih mereka sekarang awareee banget masalah lingkungan, keren banget sih bahkan kayak beyond my expectation sampe maen ke TPA Piyungan juga untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka tentang pengelolaan sampah?! Amazinggg! (karena aku aja kalau ga kunjungan lapangan dari kampus mungkin ga akan kesana hanya untuk sekedar liat-liat hehehehehehehe)

atau 

Yaampun anak-anak GenZ sekarang ambis-ambis banget, anak-anak S1 Sipil UGM sekarang keren-keren, anak lomba dan ambis semua, dulu diangkatanku kayak so rare dan so weird jadi anak ambis itu hehe.

atau

Yaampun banyak banget sih informasi/konten-konten yang mungkin tidak berguna untukku, ini semua orang di instagram pada akhirnya suka/kayak wajib sharing suatu konten gitu ya....jadi bingung ngikutin yang mana. 

dan hah heh hah heh dan yaampun yaampun lainnya. 

Aku merasa gapnya itu cukup jauh dari the latest trend instagram yang pernah aku tau/ikuti (circa awal 2018, sesaat setelah wisuda), jadi mungkin wajar aku kaget. Nah pertanyaan berikutnya, emang selama ini Hanum di Gua ngapain aja kok jarang keluar? 

Ada banyak kegiatan yang aku lakukan selama di Gua, salah satunya merawat orang tuaku. Alm. Bapakku dulu sakit Sirosis Hati namanya. Sebelumnya sudah ada sakit diabetes cuma tambah penyakit itu juga. Jadi apa itu Sirosis Hati? Sebenernya pengen bikin post sendiri tentang penyakit ini. Karenaaaa bakal panjang banget ceritanya. Jadi mungkin untuk yang penasaran bisa googling sendiri dulu ya. 

Sejak tahun awal 2016 seperti yang aku tulis di post ini Bapak Sakit, aku bahkan baru sadar saat scroll post-post lama kalau awal dari penyakit Sirosis Hati itu muncul dari awal 2016 tersebut. Bapakku sudah meninggal pada tanggal 24 Juni 2021 sehingga sekitar 5,5 th menjalani pengobatan untuk penyakit tsb. Sebagian besar waktu saat menjalani pengobatan, yang menjadi caregiver/yang merawatnya adalah ibuku dan aku, sebagai anak satu-satunya yang masih di rumah. Mbak dan Masku sudah bekerja dan berkeluarga domisili di Bandung dan Jakarta, mereka tidak bisa sepenuhnya ikut merawat, namun bakti dan kontribusi mereka tetap ada. Dari pengobatan selama 5,5 th tersebut, kalau di total banyak sekali yang sudah dilalui: 

-Berobat dan dirawat inap di RS tipe A, B, dan C sudah pernah. 

-Berobat ke poli umum sampai poli kanker sudah pernah (berikut salah satu ceritanya walaupun ga selesai soalnya sudah gakuat nulis lagi hehe Pertemuanku dengan Tulip: Instalasi Kanker Terpadu)

-Melewati 7 dokter spesialis Penyakit Dalam dengan berbagai subspesialis yang akhirnya baru menemukan dokter yang cocok untuk menangani penyakitnya Bapak, yaitu Dokter Neneng lebih lengkapnya: Dr. dr. Neneng Ratnasari, Sp. PD-KGEH, FINASIM. Dokter spesialis Penyakit Dalam dengan subspesialis Gastroenterologi, dokter idola keluarga kami karena dokternya pinteeeeer banget, pembawaannya juga tenang dan sederhana, mau ngejelasin dengan sabar dan cerdas setiap pertanyaan awamku dan ibuku. Amazing banget pokoknya, jadi salah satu my role model, pengen kalau jadi expertise gitu punya karakter kayak Dokter Neneng. 

-Menjalani transfusi darah dengan total sampai 70an kantong darah. 

-Masuk IGD tak terhitung jumlahnya, dari yang waktu pagi sampai dini hari. Lebih sering dini hari sih tiba-tiba Bapak lemes dan harus dibawa ke IGD.

-Keluar masuk RS untuk rawat inap, paling sering bahkan hampir tiap bulan itu di tahun 2017-2018. Bahkan beberapa kali sekitar 4-5 kali saat lebaran idul fitri/idul adha sedang dirawat di RS.

dan masih banyak lagi.

Hanya teman-teman paling dekatku yang mengetahui ini sejak lama dan sering mereka selalu menguatkanku dalam setiap prosesnya. Dari pengalaman merawat orang tua tersebut, aku jadi sedikit tau rasanya menjadi generasi sandwich, temen-temen yang menjadi anak pertama dengan saudaranya yang banyak dan masih ada tanggungan orangtua juga, yang diharapkan baik secara eksplisit maupun implisit untuk menjadi tulang punggung. Wow mereka orang-orang hebat yang berhasil dengan gila-gilaan menurunkan ego, menurunkan impian-impian, menahan diri mereka untuk kepentingan bersama, untuk orang-orang yang mereka sayang. Kalau menurutku itu sangat tidak mudah!

Dulu aku pernah denger dari beberapa temanku yang waktu ngerjain skripsi bilang seperti ini: 

'udahlah yang penting cepet selesai cepet lulus terus cari kerja, aku sudah ditunggu adik-adikku'. 

'aku kayaknya gajadi mau langsung S2 num mau kerja dulu, bahkan kayaknya ga S2 sekalian, soalnya ortuku udah nanyain terus kapan daftar kerja'.

Waktu mendengar itu, sebagai anak terakhir dengan selisih banyak yang sedari kecil lumayan dimanja hehe yang dari lahir sampai kuliah itu apa yang dimau tersedia (walaupun untungnya diri ini juga ga hedon dan untung bukan anak neko-neko alias kalem lebih suka di rumah *mencoba tampak innocent*), membalas perkataan mereka dengan mengangguk-angguk penuh takzim dan seperti mengerti ikut merasakan perjuangan yang harus anak-anak pertama tersebut lakukan.......padahal ternyataaaaa....ngrasain dulu dong baru paham hehehe. Maafkan aku teman-teman kalian benar-benar super keren. Semoga Allah selalu memberikan kalian keberkahan hidup dan limpahan rezeki. Aamiin.

Karena aku waktu itu juga pernah merasakannya, menurunkan ego, mengubur impian, dan menahan diri itu ternyata sangat sangat tidak mudah ya. Baru kali ini seorang anak yang biasanya jalan hidupnya lurus-mulus-full of life disuruh menurunkan ego dan mengerem usaha dalam menggapai impian-impiannya dalam waktu yang lama. Bahkan sering juga sampai merasakan hidup itu hanya menjalaninya saja, tidak ada target, tidak ada kemauan, hanya ada harapan di setiap langkah bahwa hari itu juga aku tetap harus menjalani kehidupanku dengan baik dan tanggungjawab. Sudah, selesai. Seorang Hanum yang biasanya punya target bulanan tahunan jadi sama sekali tidak ingin memilikinya, menuliskannya saja sudah tidak mampu. 

Side notes: Sebenernya aku tidak terlalu suka dengan istilah generasi sandwich ini, tidak terlalu percaya/mengimani/setuju, definisinya negatif dan judgemental, lagian siapa coba yang menakdirkan jadi sandwich gen? hal itu kan di luar kontrol kita, tapi kemudian kita seperti dijudge bahwa kasian banget sih hidup kamu sebagai sandwich gen. Orang-orang yang tadinya tidak masalah menjalani peran tersebut jadi mempertanyakan keadaan dirinya, jadi merasa iyaya emang kondisiku semengenaskan itu ya. Padahal berbuat baik kepada saudara kandung dan berbakti kepada orang tua itu wajib (dalam islam sih).

Baru beberapa hari ini juga merasa kehidupan berangsur-angsur jadi lebih baik. Alhamdulillah, matahari seperti sudah mulai menampakkan sinarnya di ufuk sana. Semburat cahaya mulai menyinari langit abu-abu. Kabut dingin mulai menyusut tergantikan hangat panas matahari.  

Baru sadar tepatnya 23 Agustus besok, Ibuk akan mengakhiri masa pengobatan TBC nya dengan minum obat tanpa putus selama 6 bulan terakhir ini. (update: ternyata masih diperpanjang 3 bulan menurut dokternya) 

Baru sadar terakhir rawat inap di RS itu bulan November 2022 kemarin saat sebelumnya berbulan-bulan Ibuk didiagnosa bronkopneumonia, taunya setelah cari second opinion ternyata selama ini TBC… akhirnya dengan diagnosa yang benar dan pengobatan yang benar sekarang sudah jarang batuk-batuk lagi. Masih ingat dulu ngeliat ibuk baru bangun tidur sudah batuk-batuk, lanjut dari pagi subuh tidak berhenti sampai malam mau tidur lagi. Pake uap nebulizer sehari bisa 3 kali, terapi 2 kali seminggu, tapi hasilnya hampir nihil karena masih sering batuk-batuk. Sampai hampir menyerah. Tapi Alhamdulillah ibuk begitu kuat, sabar, dan sangat disiplin yang akhirnya bisa selesai tuntas pengobatannya.

 

Jika pada akhirnya aku mendapatkan banyak pelajaran selama di Gua tersebut apakah berarti kita perlu mendefinisikan ulang 'Gua' itu atau perlu mengganti judul aja hehe. Karena toh di Gua itu pun ternyata Allah memberiku banyak sekali pengalaman dan pelajaran berharga. Sangat berharga. Yang akan selalu aku ingat sampai kapanpun. 

Akhir kata, pada akhirnya memang benar yang dituliskan oleh Aida Azlin dengan sangat menenangkan jiwa dalam salah satu Love Letter nya yang aku tulis dalam jurnalku, yang sering aku baca dan ingat-ingat, sebagai salah satu bentuk penguat dan penghibur. 

Because if we have been putting our lives on a pause as we wait, and if we've burdened ourselves by persistently overthinking as we wait, then we haven't quite learned how to wait with grace. Because the real test lies in the waiting. 

I learned that what you do as you wait, says a lot about yourself and your faith. When you wait with 100% trust in Allah's plans, gratitude takes over the place of anxiousness. Because you know with full conviction that He is just preparing you for what He has already planned for you and for that, you are forever thankful. 

When you wait with beautiful patience, you understand that Allah keeps no one waiting unless He sees that there is only goodness within the wait. Because sometimes the ultimate reward is not so much in what or who you've been waiting for, but rather in how you've been delicately transformed and blossomed as you wait. 

Also, if you think about it, what do you call someone who waits? A wait-er? And what does a waiter do? She serves. And perhaps that may just be it: as you wait, serve. Serve your parents, serve your family, serve your Community, but ultimately, serve Allah - and then see how your wait will stop being painful, but be peaceful instead.

Bagus banget ya kata-katanya sampai aku bikin header buat di blog ini: Beautifully Blossomed.  

Baik seperti itulah ceritaku saat berada di dalam Gua, yang akhirnya sekarang aku merasa sedang diberikan perjalanan untuk Keluar dari Gua. Memulai fase hidup yang selanjutnya dengan perlahan tapi penuh keyakinan dan hati yang teguh. Dengan Hanum yang lebih baik (aamiin) yang sudah membawa bekal banyak, bekal ilmu, pandangan, prinsip, kepercayaan diri, niat yang tulus, keberanian, kekuatan, iman, takwa, pembersihan hati, apalagi yaa, banyak pokoknya...

Doaku: Allah ingatkan selalu bekal ini, tambahkan jika perlu, pautkan dan bersihkan hatiku untukMu dalam setiap perjalanan ke depan yang akan Engkau berikan. Aamiin.

Sekian. Terimakasih sudah membaca! 



8 Agustus 2023

Menonton Anime

Di sela-sela beberapa tahun kemarin aku menjalani kehidupan saat merawat orang tuaku yang tentunya tidak mudah untuk berpikir jernih setiap saat, apalagi mempunyai target-target hidup yang ingin dicapai, aku menggunakan waktu istirahatku untuk mencari hiburan, salah satunya adalah menonton anime! yaa benar sekaliii kartun jepang hahaha.

Sekitar mulai akhir tahun 2020 waktu itu aku suka banget nonton anime, One Piece lebih tepatnya, walaupun anime yang lain aku coba tonton juga, tetapi One Piece (OP) yang episodenya sampe 900an itu aku sudah tonton guys wkwkwk. Kenapa One Piece? Jadi aku dulu waktu SD sudah pernah nonton One Piece di televisi dan mengikutinya dari episode awal tapi karena jaman dulu belum kayak sekarang internet ada dimana-mana jadi cuma mengandalkan update episode dari televisi saja yang dimana hanya bertahan sampai beberapa puluh episode yang ditayangkan. Nah kemudian akhir tahun 2020 itu penasaran nyoba nonton dari episode awal lagi sampai the latest episode waktu itu yang dimana jumlah episodenya 900an. Nah biasanya orang-orang yang sudah keranjingan nonton OP bisa dipastikan orang tersebut akan mencari video-video teori atau pendapat tentang alur ceritanya, bisa sejenis teori konspirasi misal dari salah satu arc(kayak chapter gitu). Nah tentu aku juga dong wkwkw, sampai ada satu video yang aku ikut komen panjang lebar pakai poin-poin segala, berikut:


Karena udah lama banget dan tidak pernah cek ulang lagi komen tersebut, ternyata barusan cek banyak yang likes dan comments, bahkan sampai dipanggil 'bang' wkwkw jelas-jelas profile picturenya aja pakai hijab. Ya Allah ngakak wkwkwkwk

Dari pengalamanku suka nonton anime ini aku baru menyadari bahwa ternyata coping mechanism setiap orang dalam menghadapi kehidupan itu beda-beda ya. Maksutku tentu selain yang wajibnya yaitu berusaha lebih dekat kepada Allah. Ternyata mencari/mempunyai hobby/hiburan yang setidaknya bisa bikin pikiran tetap waras itu perlu. Dan yaudah it's okay, selama itu tetap membuatmu waras, terhibur, tidak negatif, tidak merugikan orang lain, dan tentu tidak berlebihan banget, kenapa enggak? 

Aku jadi sedikit paham tentang: oooh kenapa ada fans k-pop yang segitunya ya, kenapa ada orang yang suka main game, kenapa pada suka k-drama ya sampai marathon-an nontonnya, kenapa ada orang suka anime sampai jadi wibu, dan seterusnya. Setelah mengalami sendiri, saat itu aku sering menggunakan kegiatan nonton anime sebagai self-reward dari mengerjakan suatu kegiatan yang melelahkan atau yang harus dikerjakan segera. Jadi misal kayak:

'Ayo Hanum segera kerjakan sekarang! sampai selesai terus nanti malem biar bisa nonton beberapa episode' 
'Haduh gabisa fokus nih nontonnya kalau belum selesai ngerjain, kerjain dulu lah' 
'Capek banget seharian tadi udah ini itu, sekarang waktunya nonton yey!' 

It works well dan ajaibnya bisa menjaga kewarasanku. Aku jadi tidak merendahkan atau memandang sebelah mata kepada orang-orang yang mempunyai coping mechanism macem-macem tersebut, yang dulu menurut seorang Hanum: ih apasih segitunya banget, ih ga produktif, yaampun buang-buang uang dan waktu banget sih, dan lain sebagainya, wkwkwk maafkan aku teman-teman, tenang Hanum sekarang sudah mengalami character development kok (istilah di anime untuk tokohnya yang mengalami perkembangan karakter setelah melalui berbagai arc yang membuatnya menjadi karakter yang lebih baik). Ntap wkwkwkwk. Bahkan aku sampai pernah punya keinginan (sekarang pun masih mau juga kok)  buat kalau ke Jepang pengen datang ke live action/event nya One Piece, liat artist-artist pada cosplay memerankan tokoh-tokoh One Piece yang kok bisa banget sih mirip, tingginya, bentuk badannya, dll, keren banget. 

Lha terus sekarang Hanum masih suka nonton One Piece atau anime ga? 
Umm sudah enggak ngikutin One Piece sih, tapi ada satu anime yang aku masih update nonton, walaupun gasering, namanya Atashin'chi! ini anime ringan dan lucuu banget, jadi cocok buat self-reward juga soalnya gaperlu mikir nontonnya. Tentang keluarga kecil dengan tokoh Mrs. Tachibana/Okaasan (Ibu), Mr. Tachibana/Otousan (Ayah), Mikan (Anak Pertama), dan Yuzuhiko (Anak Terakhir), ceritanya ringan tentang kehidupan sehari-hari, masalah-masalah kecil keluarga, hubungan orang tua dengan anaknya, cerita Okaasan sehari-hari struggling menjadi ibu rumah tangga yanggg aku juga sering relate misal kayak pattern-nya Okaasan kalau belanja di supermarket itu gimana, alasan-alasan konyol yang hanya perempuan yang tau bedanya harga seribu-duaribu itu bikin sakit hati kalau baru tau ternyata ada yang lebih murah wkwkwkwk Aku sampai kadang mikir: Duh aku lama-lama kok kayak Okaasan sih. Ya seperti itulah, coba tonton, lucuuu bikin ketawa dan super ringan gaperlu mikir: Atashin'chi.

Yak jadi seperti itulah salah satu fase hidup yang pernah aku alami, setidaknya membuat Hanum lebih humbled ya dan gamudah berburuk sangka dan negative vibes. Terimakasih sudah membaca! :)