Hari kedua puasaaa, Alhamdulillah sudah mulai merasakan
indahnya bulan Ramadhan kan? Merasakan nikmatnya takjil khas Ramadhan dijual di berbagai
tempat juga kan? aku sudah dan aku suka karena kalau ga pas ramadhan ga ada :’)
bahagia itu sederhana ya
Mungkin hari ini bukan #OneDayOneHadist dulu tetapi
#OneDayOneIslamicStory ya hehe maaf.
Jadi, hari ini aku ingin membagi cerita pendek yang aku
temukan dalam buku berjudul “Ketika Cinta Berbuah Surga” karya Habiburrahman El
Shirazy. Buku ini aku beli sewaktu SD, dan setelah membacanya bagus banget
bagus banget banget :’ Sebelumnya ga seperti anggapan waktu kalian baca
judulnya kok, di dalam buku itu berisi kumpulan cerpen yang sangat menggugah
hati, awal membaca bagus, menghibur, dan menyejukkan jiwa apalagi setelah
berulang-ulang dibaca baru sadar ternyata maknanya dalam. Aku sering membaca
buku ini saat merasa gelisah, gundah, saat tidak tau kenapa seperti ada
yang salah pada hati kemudian aku membaca buku ini dan merasa lebih baik. Tenang
kembali. Makanya sekarang sampai lecek sampul dan isi bukunya.
Oke ini malah jauh menyimpang ya, maaafkan hanum. Oya aku
akan menulis ulang salah satu cerita pendek dalam buku itu yang akhir-akhir ini aku terapkan
pelajarannya dalam kehidupanku. Judulnya lumayan buat kaget tetapi baca dulu ya
Kalimat Pengusir Malaikat
Seorang ulama terkemuka, Imam Sahl bin Abdullah Al-Tastari
menuturkan kisah dirinya, “Ketika berumur
tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan
qiyamullail. Aku melihat cara shalat pamanku dan aku menirukan gerakannya.
Suatu hari, paman berkata
kepadaku, ‘Apakah kau mengingat Allah, yang menciptakannmu?’
Aku menukas, ‘Bagaimana caranya
aku mengingatnya?’
Beliau menjawab, ‘Anakku, jika
kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam
hatimu, tanpa menggerakkan lisanmu, ‘Allahu ma’i…Allahu naadhiri…Allahu
syaahidi!’ (Artinya, Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!).
Aku menghafalkan kalimat itu,
lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal ini kepada
paman.
Pamanku berkata, ‘Mulai
sekarang, ucapkan zikir itu sepuluh kali setiap malam.’
Aku melakukannya, aku resapi
maknanya, dan aku merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa terang.
Aku merasa senantiasa bersama Allah Swt.
Satu tahun setelah itu, Paman
berkata, ‘Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu, dan langgengkanlah sampai kau
masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan di akhirat.
Lalu pamanku berkata, ‘Hai Sahl,
orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah,
akankah dia melakukan maksiat?’
Kalimat Allahu ma’i. Allahu naadhiri. Allahu syaahidi!. sangat terkenal di
kalangan ulama arif billah. Bahkan, Syeikh Al-Azhar; Imam Abdul Halim Mahmud,
yang dikenal sebagai ulama yang arif
billah menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menancapkan kalimat ini di
dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan
mendatangkan rasa ma’iyatullah (selalu
merasa disertai, dilihat, dan disaksikan oleh Allah Swt, di mana dan kapan
saja).
Pada
akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah Swt. Kalau
sudah
begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan
Allah akan melakukan maksiat?.
Selesai.
Nah itulah kalimat yang beberapa hari ini aku terapkan dalam
setiap kegiatanku,
Allahu ma’i…Allahu naadhiri…Allahu
syaahidi!
(Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!)
awalnya masih biasa saja belum merasakan lebih dalam
maknanya, pikiran masih rasional tentang makna kalimat tersebut. Tetapi setelah
beberapa minggu berselang, beberapa kali dalam kegelisahanku aku merasa
tertenangkan dengan kalimat ini. Aku merasa Allah membersamaiku, membimbingku,
memberiku jalan yang baik. Sering dalam perjalanan hidup mengalami masa-masa
kritis lemah dalam ibadah kepadaNya, sungguh itu adalah mimpi buruk yang aku
alami, benar buruk, aku merasa tidak tenang, gundah, gelisah, hati terasa tidak
tenang untuk suatu alasan yang kadang itu tidak penting atau bahkan tanpa
beralasan. Selalu mencari ada apa dengan tubuh ini, kenapa tubuh bergerak
semaunya sendiri, mudah marah, emosi, panik, berprasangka buruk, astaughfirullah,
sakit rasanya saat kamu di puncak kegelisahan yang kamu sendiri tidak tau apa yang kurang dan salah
dalam dirimu.
Jaga diri baik-baik untuk selalu dekat denganNya,
mendekatlah kepadaNya, jagalah itu, hatimu dan jiwamu akan merasa lebih tenang
dan semangatmu dalam menjalani kehidupan yang Dia ciptakan ini akan terus
tumbuh, karena kamu percaya Allah selalu membersamaimu, membimbingmu
mengarunginya dengan petunjuk-petunjuk yang Dia berikan. Alhamdulillah,
terimakasih semoga bermanfaat :)
Sumber Referensi:
Ketika Cinta Berbuah Surga-Habiburrahman El Shirazy,
Penerbit MQS Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar