19 Juni 2015

Kalimat Pengusir Malaikat

Assalamualaykum teman-teman,
Hari kedua puasaaa, Alhamdulillah sudah mulai merasakan indahnya bulan Ramadhan kan? Merasakan nikmatnya takjil khas Ramadhan dijual di berbagai tempat juga kan? aku sudah dan aku suka karena kalau ga pas ramadhan ga ada :’) bahagia itu sederhana ya
 
Mungkin hari ini bukan #OneDayOneHadist dulu tetapi #OneDayOneIslamicStory ya hehe maaf.
Jadi, hari ini aku ingin membagi cerita pendek yang aku temukan dalam buku berjudul “Ketika Cinta Berbuah Surga” karya Habiburrahman El Shirazy. Buku ini aku beli sewaktu SD, dan setelah membacanya bagus banget bagus banget banget :’ Sebelumnya ga seperti anggapan waktu kalian baca judulnya kok, di dalam buku itu berisi kumpulan cerpen yang sangat menggugah hati, awal membaca bagus, menghibur, dan menyejukkan jiwa apalagi setelah berulang-ulang dibaca baru sadar ternyata maknanya dalam. Aku sering membaca buku ini saat merasa gelisah, gundah, saat tidak tau kenapa seperti ada yang salah pada hati kemudian aku membaca buku ini dan merasa lebih baik. Tenang kembali. Makanya sekarang sampai lecek sampul dan isi bukunya.
Oke ini malah jauh menyimpang ya, maaafkan hanum. Oya aku akan menulis ulang salah satu cerita pendek dalam buku itu yang akhir-akhir ini aku terapkan pelajarannya dalam kehidupanku. Judulnya lumayan buat kaget tetapi baca dulu ya

Kalimat Pengusir Malaikat

Seorang ulama terkemuka, Imam Sahl bin Abdullah Al-Tastari menuturkan kisah dirinya, “Ketika berumur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail. Aku melihat cara shalat pamanku dan aku menirukan gerakannya.

                Suatu hari, paman berkata kepadaku, ‘Apakah kau mengingat Allah, yang menciptakannmu?’
                Aku menukas, ‘Bagaimana caranya aku mengingatnya?’
                Beliau menjawab, ‘Anakku, jika kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur, katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakkan lisanmu, ‘Allahu ma’i…Allahu naadhiri…Allahu syaahidi!’ (Artinya, Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!).

                Aku menghafalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal ini kepada paman.
                Pamanku berkata, ‘Mulai sekarang, ucapkan zikir itu sepuluh kali setiap malam.’
                Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan aku merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa terang. Aku merasa senantiasa bersama Allah Swt.

                Satu tahun setelah itu, Paman berkata, ‘Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu, dan langgengkanlah sampai kau masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan di akhirat.
                Lalu pamanku berkata, ‘Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah dia melakukan maksiat?’

                Kalimat Allahu ma’i. Allahu naadhiri. Allahu syaahidi!. sangat terkenal di kalangan ulama arif billah. Bahkan, Syeikh Al-Azhar; Imam Abdul Halim Mahmud, yang dikenal sebagai ulama yang arif billah menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa ma’iyatullah (selalu merasa disertai, dilihat, dan disaksikan oleh Allah Swt, di mana dan kapan saja).

                Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah Swt. Kalau sudah 
begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat?.
Selesai.
 
Nah itulah kalimat yang beberapa hari ini aku terapkan dalam setiap kegiatanku, 

Allahu ma’i…Allahu naadhiri…Allahu syaahidi!
(Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan aku!)

awalnya masih biasa saja belum merasakan lebih dalam maknanya, pikiran masih rasional tentang makna kalimat tersebut. Tetapi setelah beberapa minggu berselang, beberapa kali dalam kegelisahanku aku merasa tertenangkan dengan kalimat ini. Aku merasa Allah membersamaiku, membimbingku, memberiku jalan yang baik. Sering dalam perjalanan hidup mengalami masa-masa kritis lemah dalam ibadah kepadaNya, sungguh itu adalah mimpi buruk yang aku alami, benar buruk, aku merasa tidak tenang, gundah, gelisah, hati terasa tidak tenang untuk suatu alasan yang kadang itu tidak penting atau bahkan tanpa beralasan. Selalu mencari ada apa dengan tubuh ini, kenapa tubuh bergerak semaunya sendiri, mudah marah, emosi, panik, berprasangka buruk, astaughfirullah, sakit rasanya saat kamu di puncak kegelisahan yang kamu sendiri tidak tau apa yang kurang dan salah dalam dirimu. 

Jaga diri baik-baik untuk selalu dekat denganNya, mendekatlah kepadaNya, jagalah itu, hatimu dan jiwamu akan merasa lebih tenang dan semangatmu dalam menjalani kehidupan yang Dia ciptakan ini akan terus tumbuh, karena kamu percaya Allah selalu membersamaimu, membimbingmu mengarunginya dengan petunjuk-petunjuk yang Dia berikan. Alhamdulillah, terimakasih semoga bermanfaat :)  
 
Sumber Referensi:
Ketika Cinta Berbuah Surga-Habiburrahman El Shirazy, Penerbit MQS Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar