Sesorean ini tiba-tiba terlintas lagi nasihat dari
salah satu dosen yang saya kagumi pola pikirnya dan pandangannya tentang
masalah di negeri ini. Namanya pak Prof. Dr. Ir. Agus Taufik Mulyono, salah
satu guru besar bidang transportasi di Teknik Sipil UGM, biasanya disebutnya
pak ATM ehehe. Gimana gak kagum coba, bapaknya awal mengajar mata kuliah jalan
rel yang kalau orang pertama kali mengikuti kuliah tersebut kebanyakan akan
berpikir pasti pengenalan dulu tentang rel, kereta api dan lain-lain, tetapi
tidak ternyata bapak dosen yang satu ini mengajarkan kita tentang undang-undang
perkeretapian. Bahkan itu merupakan salah satu materi ujian, Pak ATM sangat
menyarankan mahasiswanya untuk memahami undang-undang, tidak hanya tentang
perkeretaapian tapi semua undang-undang yang ada kaitannya dengan bidang teknik
sipil yaa undang-undang infrastuktur lah yaw. Selain itu juga bapaknya
menyarankan untuk mengahafal undang-undang tsb, katanya minimal 3 pasal dibaca
dipahami dan dihapalkan setiap harinya :’’) aku kudu pie? Sipil keras bung!
Tapi it’s okaylah bapaknya mengutarakan hal tersebut pasti ada tujuan dan maksut yang baik yg melatarbelakangi. Jadi pak ATM ini selain jadi dosen dia juga sering dipanggil ke pengadilan, berperan sebagai saksi ahli dalam suatu permasalahan yang ada kaitannya dengan pembangunan infrastuktur, misal kasus-kasus kayak indikasi MarkUP dana proyek pembangunan. Kan beda ya perhitungannya orang awam yang tidak mengerti tentang manajemen konstruksi bagaimana, maksutnya kayak misal uang segini yang kalau orang teknik sipil bakal bilang sedikit tapi dianggap besar dan kata orang yg nuntut itu kepada terdakwa pas dimintain pertanggungjawabannya tidak ada bukti barang pembangunannya dan lain-lain. Kadang ternyata kasus seperti itu, kata pak ATM banyak juga karena salah hitung dari pihak penuntut, kalau ga salah hitung ya gagalpaham si pihak penuntutnya sama dunia manajemen konstruksi atau kalau ga gagalpaham tentang perundang-undangan infrastuktur yang ada. Nah disitulah hadir Pak ATM sebagai saksi ahli yang menjelaskan pemahaman tentang manajemen konstruksi atau sebagainya kepada orang-orang dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti. Dari berbagai kasus yang pernah pak ATM terlibat didalamnya sebagai saksi ahli itu, bapaknya mengambil kesimpulan bahwa walaupun kita orang teknik yang jauh dari pelajaran tentang perundang-undangan, hukum pidana perdata dan lain-lain, tetapi kita harus tetep mengerti tentang hal seperti itu apalagi tentang undang-undang infrastuktur karena dengan kita memahaminya kita jadi mengerti batasan-batasan dan peraturan dalam pembangunan menurut undang-undang dan juga menjadi landasan kita dalam melakukan pembangunan. Jadi semisalkan ada kasus menimpa yang sebenarnya itu cuma gagalpaham aja dari pihak penuntut kita bisa membela diri dengan pemahaman kita tentang undang-undang yang kita pakai sebagai pegangan dalam pembangunan. Soalnya kalau kata pak ATM, banyak kasus memang sebenarnya gagalpaham dari si pihak penuntut karena kan yang mereka pahami kebanyakan hukum-hukum pidana dan perdata umum, bukan yang spesifik tentang undang-undang infrastuktur gitu.
Okay jadi ini ngelanturnya sudah kemana-mana, maafin
hanum ya
Jadi waktu mengisi mata kuliah jalan rel pada saat
pertemuan keberapa ya saya lupa, bapaknya pernah menasehati yang kurang
lebihnya seperti ini
“Jaman
sekarang menjadi seorang insinyur itu jangan hanya logikanya saja yang
dibangun, tetapi hatinya juga perlu dibangun, nah bagaimana cara membangun hati
itu yang terkadang kurang dari seorang insinyur….”
Hening…
Kayaknya selama kuliah di teknik sipil belum pernah
diajarin sama dosen untuk membangun selain bangunan beton atau kayu atau bambu,
dan sekarang ada dosen yang menasehati untuk membangun hati. Kemudian sampai
kuliah selesai dan menjalani aktivitas selanjutnya masih kepikiran, iya ya
bagaimana cara membangun hati ya, buat apa coba harus dibangun hatinya. Hmm..
Kemudian sesorean ini terpikirkanlah beberapa alasan
kenapa memang hati juga harus dibangun. Sudah dua tahun saya menjadi mahasiswa,
dan dengan berbagai macam kegiatannya yang bejibun dan sok sibuklah saya
padahal juga ga sesibuk itu -_- ada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan
membangun hati tersebut. Salah satu alasan yang menurut saya kenapa kita juga
harus membangun hati adalah karena hati tidak bisa berbohong. Eeeaaaaa. Ya
memangseperti itu, hati tidak bisa berbohong, kalaupun bohong itu juga kehendak
kita, kehendak pikiran kita dan kita akan terus hidup dalam kebohongan itu,
atau paling tidak kita akan berusaha untuk melenyapkan kebohongan hati itu.
Tetapi demi Allah, ga enak hidup dalam kebohongan hati.
Kenapa hati perlu dibangun?
Coba bayangkan, orang-orang yang hatinya jiwanya dan
raganya sering tergerak untuk melakukan suatu kebaikan pasti akan merasa tidak
nyaman saat dia melakukan suatu keburukan, sekecil apapun itu, hatinya berkata
tidak walaupun mungkin rasionalitas dan logikanya berkata ya. Jika kita
melakukan suatu keburukan rasionalitas dan logika terkadang dapat melampaui
batasannya, dengan berbagai macam dalih, membuat kita terlena dan terlupa akan
dampak selanjutnya. Berbeda dengan hati, hati atau nurani disini banyak yang
menjawab masa depan, maksut saya terkadang kata hati dan nurani lebih tau
tentang masa depan apa yang akan terjadi. Nah tetapi hal itu dapat terjadi jika
hati sejak awal dibangun. Sehingga mungkin maksut dari dosen saya ingin
mahasiswanya yang seorang calon insinyur itu perlu membangun hati mereka agar
dapat terhindar dari berbagai macam keburukan, sungguh mulia dosen saya ini :’
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya
yang halal itu jelas, dan sesungguhnya yang haram pun jelas, dan diantara
keduanya ada syubhat (hal-hal yang samar), tidak diketahui oleh banyak orang. Maka
siapa yang menghindari aneka kesamaran maka ia telah memelihara agama dan
kehormatannya, dan siapa yang terjerumus dalam syubuhat, maka ia (hampir saja)
telah terjerumus ke dalam haram; seperti halnya penggembala, yang menggembala
di sekitar perbatasan, dia pun hampir Larut dalam kenikmatannya. Sesungguhnya setiap
raja mempunyai wilayah perbatasan. Sesungguhnya wilayah perbatasan Allah adalah
larangan-laranganNya. Sesungguhnya dalam diri manusia ada sesuatu sebesar
kunyahan, apabila baik, baiklah seluruh jasad dan apabila rusak, rusaklah
seluruh jasad. Ia adalah kalbu”(HR. Bukhari melalui Nu’man Ibn Basyir)
Yang dimaksud pada hadist tersebut tentulah hati,
atau kalbu disebutnya. Rasulullah memberi kita sebuah nasihat yang bisa kita
ambil hikmahnya bahwa kalbu atau hati yang agaknya adalah pusat dari rasa atau
kepekaan, bila seseorang yang hilang kepekaannya, maka dia tidak akan segan
melakukan segala macam keburukan. Yang hilang kepekaanya akan hilang pula rasa
kasihnya terhadap kaum lemah, karena kasih adalah kepekaan hati melihat
ketidakberdayaan dan akan mendorong orang yang peka tersebut untuk
menanggulangi ketidakberdayaan itu. Kepekaan selalu membawa kebaikan.
Nah lalu bagaimana kita membangun hati?
Salah satunya adalah sering-seringlah berbuat
kebajikan. Orang yang sering berada pada lingkungan yang baik, lingkungan yang
dimana dapat mengantarkannya untuk berbuat kebajikan, mengantarkannya berbuat
apa yang diperintahkan Allah. Insya Allah perlahan hatinya akan terbangun, hatinya
akan tetap kokoh menuju jalan apa yang diperintahkanNya dan kokoh untuk menolak
segala bentuk jalan menuju keburukan. Karena hati telah dibangun. Berbuat baik
kepada siapapun, tanpa memandang apapun, akan membuat hati menjadi tentram,
karena kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Melihat orang lain tersenyum
dengan kehadiran kita dapat membuat hati semakin teduh. Sehingga saat ada suatu
masa dimana kita berada pada jalan yang buruk kita akan segera menghindarinya,
karena bagaimanapun juga hati tidak dapat berbohong. Jiwa tidak dapat bergerak
dengan baik dalam hati yang tidak menghendaki.
Allah sangat sayang pada hambaNya sehingga selalu
mengingatkan dengan firman-firmanNya:
“Maka
apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengannya
mereka dapat memahami atau mereka mempunyai telinga yang dengannya mereka dapat
mendengar, karena sesungguhnya bukanlah mata (kepala) yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang berada di dalam dada” (QS. Al-Hajj
[22]:46)
Kalau kata pak Quraish, Memang siapa yang tidak
menggunakan akal sehatnya dan mengasah kepekaannya dan tidak pula menggunakan
telinganya, ia dinilai buta hati. Nah untuk itulah yuk temen-temen, membangun
hati, mengokohkan iman dan taqwa kita kepada Allah sehingga hati kita tidak
dibutakan oleh hal-hal yang tidak baik.
sumber referensi:
Dia Di mana-mana: ”Tangan” Tuhan Di Balik Setiap Fenomena, M. Quraish Shihab, Penerbit Lentera Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar