25 September 2017

Quarter Life(3)

Beberapa akhir ini memilih untuk diam sejenak tidak terlalu banyak berkomentar tentang hal apapun dan tidak peduli pada apapun, bisa dibilang kehidupan orang lain. Menuju ke fase selanjutnya yang kata orang kehidupan sebenarnya. Tidak sabar menanti. Tetapi juga skripsi manis manja ini tidak mau melepasku cepat-cepat. Namun aku juga yakin tangan-tangan Tuhan sedang memberiku banyak pelajaran di masa ini. Sehingga yasudah ku nikmati saja alur perasaan naik turun ini.

Di sela-sela pengerjaan, aku sadar banyak kekurangan diri. Yang masih perlu diperbaiki. Hati yang masih perlu dibersihkan. Emosi yang masih perlu dikontrol. Tindakan dan ucapan yang perlu dijaga. Nafsu sementara yang sering membutakan. Kemalasan dan ketidakmauan yang menjerumuskan.

Quarter life crisis katanya, semakin banyak hal yang perlu ditoleransikan, diperjuangkan, dikalkulasikan, diintegritaskan, di-yaudah gapapa-kan, diprofessionalkan, dibelajarkan, disalahkan, dijerumuskan, dipilihkan, dan di-masih banyak yang lain.

Beruntung bagiku mengenal banyak orang dari berbagai golongan. Pernah berada pada fase termakan opini yang: 'ah IP gapenting, yang penting organisasi, pengalaman dll, akademik mah ga penting' yang akhirnya beneran organisasi bagus, social skill oke, di-kpft sering denger: 'Hai mbak Hanum!', ya ga sesering ketua BEM. Dulu setuju sama pendapat 'wah IP cuma masuk administrasi dll sebagainya'. Kemudian tiba-tiba semester 5 bertobat, tetapi organisasi/event tetap jalan, dan pada saat itulah baru tau perjuangan mendapat IP bagus itu tidak semudah yang dibayangkan. Dan aku berfikir: 'Gila ya jadi Raka susah juga ternyata' (Raka Bagus Panuntun, temenku lulus 3,5 tahun IPK 3,97) kemudian aku jadi sangat tidak suka dengan opini yang dulu aku percaya, aku ingin sekali bilang dan mendukung orang-orang seperti Raka saat ada yang menyebar opini seperti itu: 'Hei! kamu tidak tau ya perjuangan Raka, atau yang lainnya. Kamu sih belum pernah ngerasain dan coba sendiri!' see aku jadi hormat sama orang-orang seperti Raka karena aku udah tau perjuangan kerasnya.

Pernah juga pada fase anak BEM, yang disebut-sebut anak politik, birokrasi, banyak mikir, banyak omong, tapi cuma omong doang katanya. Dengan anak jurusan misalnya. See, apakah sesempit itu pikiran, kalau saat UKT kalian tidak ada yang memperjuangkan? Itu dulu.

Pernah juga pada fase menjadi anak volunteer, yang disebut: 'ah ga fancy, capek, kamu ngapain nglakuin hal-hal kayak gitu.' ga bersertifikat dan ga berpamor. Tetapi lagi, disaat itulah aku menemukan orang-orang luar biasa yang membuatku berpikir segala status itu tidak penting: status anak ugm, anak teknik, anak rantau, anak biasa, anak founder, anak jabatan dll. Semua hilang oleh pengalaman yang aku rasakan menjadi volunteer di cakupan fakultas, provinsi, nasional. Bertemu dengan orang-orang super kreatif dan tulusnya luar biasa. Boleh jadi salah satu turning point hidupku adalah fase ini.

Pernah juga pada fase anak hunter youth forum, baru aja masih hangat. Awalnya aku yang skeptis sendiri pada mereka-mereka yang sudah berhasil: 'Hmm perasaan mereka pengalamannya ga lebih dari aku tapi kok bisa ya harusnya aku juga bisa.' emang sombong benar padahal belum nyoba. Dan saat nyoba, mulai dari awal bekerja keras hampir 5 bulan lebih untuk mempersiapkan segala requirements. Ternyata kembali lagi, statement itu hilang, baru ngerasain sesulit dan sebekerja keras itu, dalam memenuhi requirement terutama. Percayalah dibalik 1-2 email kata 'Congratulation!' terdapat belasan kali email 'We regret to inform you that..' 'We have selected another qualified applicants..' Lumayan hardcore sih perjuangannya, dari tanggal 2 Januari sehari setelah hari yang biasanya digunakan untuk merenungkan resolusi awal tahun. sampai pada bulan awal Juni pertama kali mendapat email 'Congratulation!', sudah terhitung 15 kali lebih apply youth forum. Belum belajar bahasa inggrisnya, dalam 3 bulan hampir 1 kali dalam 2 minggu ikut TOEFL Simulation, sebulan sekali pasti ikut IELTS simulation Cilacs UII. Tiap bulan ngelist dalam satu folder isinya application form dengan nama file deadline dan eventnya:
'16 May___UNLEASH 2017' '4 April___MaD Forum 2017' dan laiinnya.

Hasilnya?
3 kali lolos sampai tahap akhir, tapi akhirnya 2 yang berangkat ke Denmark dan Hongkong, yang satu lagi harusnya Oktober ini ke Russia tapi bapak ibu mas mbak tidak menyetujui karena harus memprioritaskan skripsi. Sedih ya, tapi gapapa aku ikhlas dan bersyukur.
2 kali interview langsung dan via skype.
1 kali waiting list (update: dapet di Belize, deket pulau Karibia besok November, tapi travelflight bayar sendiri dan mahal)
Gagal? berkali-kali...
Yang niat awalnya: 'aku mau nyoba, aku juga pasti bisa' menjadi 'ya Allah aku bahagia bekerja keras seperti ini, aku belum pernah membuat diriku perlahan keluar dari zona nyaman berusaha menjadi Hanum yang lebih baik dari sebelumnya, alhamdulillah, apapun keputusanMu aku senang telah memilih jalan ini.'

kalaupun kamu gagal atau Allah meridhokan hal lain, setidaknya:


“At times Allah tests us, it is not to reveal our weaknesses, but for us to discover our strengths…” 

"Every struggle in your past has shaped you into the person you are today. Take God's hand and step into your future without fear."

Kemudian sekarang sedang pada masa menjadi mahasiswa yang tidak bisa post di instagram layaknya mahasiswa freshgrad dengan statement: 'Senangnya bisa lulus 4tahun, lulus tepat waktu' '4th yang lalu aku berdiri di sini menerima kuliah pertama kali' dan sebagainya. Padahal masih ada yang lain yang belum mengambil TA bahkan, atau misal John temenku anak Papua yang masih harus memenuhi sks berupa-rupa. Tapi aku juga turut senang melihat mereka yang lulus tepat waktu dan segera untuk menuju ke fase hidup selanjutnya.

Selain itu, sekarang juga tambah kenal dan berteman dengan mas mbak temen-temen yang kalau liat linked-in nya so wow. Atau liat profilenya di google, yaampun mas kok bisa kenal aku dan kemaren ngobrol-ngobrol santai sama aku yang apalah ini. Pada saat itulah aku berpikir pepatah jawa: 'Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman'. bukan berarti cuek loh tetapi lebih ke perlakukan semua orang sama, sama baiknya, sama meghargainya, sama berprasangka positifnya, sama mau membantunya, sama mau mendengarkannya dan sama-sama lainnya.

Ada teman bilang:

'Num, kok kamu bisa kenal orang kayak Putri, Mas Nabil, tapi kamu juga punya temen kayak kita yang gini keadaannya ya'

'Iya Hanum tu juga alpha-female, tapi dia beda dengan temen-temenku yg alpha-female lain. Dia masih punya rasa giving, sharing, caring ke yang lain.'

Terus kemudian aku berpikir, iya juga ya, kenapa ya, terus aku sadar, aku dari dulu punya prinsip bahwa jangan meremehkan atau merendahkan orang lain. karena aku dulu atau kapan pernah di posisi tersebut dan it goes nothing. Aku yakin setiap orang itu punya kemampuan, potensi dan kelebihannya masing-masing. Makanya aku selalu mengatakan ke diri sendiri: kamu tidak tau apapun tentang orang lain, dont easy to judge, just keep silent, give smile, and understand what they are talking.'


Hasil gambar untuk iceberg illusion


Seperti iceberg illusion, setiap orang punya apa yang tidak dilihat. Sukses digambar itu menurutku bermacam-macam, bukan hanya soal status sekali lagi, tetapi juga pencapaian/keberhasilan yang lain. Bukan sukses standar sosial biasanya, tetepi lebih ke 'coba kita pahami konteks'. Semisal, aku selalu merasa mbak Mar itu orang yang sukses dalam menghadapi hidupnya. Bekerja menjadi asisten rumah tangga pagi-siang-sore, malemnya kuliah, 5 hari dalam seminggu. Tidak punya orang tua, ayahnya meninggal, ibunya maaf 'gila'. Satu-satunya keluarga hanya adiknya. Hanya untuk dapat smartphone yang bisa buat WA aja nabung berbulan-bulan. Sudah semester 5 sekarang tetapi belum punya laptop, masih nabung. Walaupun dia juga sering ngeluh, tapi sekalipun tidak pernah berhenti bangun paling pagi dan tidur paling malam di keluarga Masku yang mempekerjakannya. Mimpinya Mbak Mar bekerja menjadi pegawai bank dan mendapat gaji tetap, sederhana kan menurutmu? tetapi dibalik itu perjuangan untuk meraihnya lebih keras. Banyak kan yang seperti itu, menurutku setiap orang berhasil/sukses dalam konteksnya masing-masing. Mungkin aku sukses karena fasilitas yang aku punya lebih jumlahnya untuk mengerjakannya, meraihnya, hanya tinggal diri ini mau apa enggak. Sehingga ya banyak faktornya, dan semakin banyak faktor atau fasilitas yang dimiliki seharusnya saat itulah aku merasa bersyukur, dan memanfaatkan hal itu dengan sebaik-baiknya.

2 komentar:

  1. I feel you num, mari sama-sama menyelesaikan apa yang disebut TA/skripsi ini dan berjuang sepenuh hati melepaskan diri dari rasa malas yang membelenggu hahaha

    BalasHapus
  2. hohoho iya Bari siaap! goodluck ya!

    BalasHapus