19 Agustus 2023

PR

Jadi ceritanya beberapa hari ini lumayan sering nonton kajiannya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Untuk seorang Hanum yang fans berat Prof. Quraish Shihab ini termasuk cukup langka kalau cari kajian di Youtube selain dari Prof. Quraish. Itupun nonton kajian di Youtube adalah pilihan nomer dua setelah membaca buku-buku beliau dalam menemukan jawaban dari kebingungan atau pertanyaan yang sedang dicari. Biasanya kalau nonton kajian itu karena sedang sambil leyeh-leyeh atau butuh cepat jawabannya. Selain itu lebih suka nonton yang kontennya dua arah ada host-nya sehingga lebih interaktif, karena cukup bikin ngantuk juga bapaknya kalau ceramah sendiri didengerin terus-terusan :’’) Maaf Prof. hehe emang saking lembutnya ya suara dan hatinya. 

Nah pilihan pertama biasanya baca buku dengan mencari di salah satu koleksi beliau yang aku punya. Kadang kalau sudah menemukan jawabannya kemudian mencoba mendiskusikannya lebih lanjut dengan Ibuk. Pengen cerita dan ngasih tau ‘Ini lho anaknya juga paham agama niih’ wkwk yah walaupun pada akhirnya of course my mom akan bilang dengan intro: ‘Lah masak baru tauu..’ kemudian baru menjelaskan lebih lanjut. Kalau Ibuku lebih suka karya-karyanya Prof. Hamka, jadi di rak buku itu bersaing antara koleksi Prof. Hamka dengan Prof. Quraish. Aku pernah nyoba baca-baca bukunya Prof. Hamka cuma aku merasa kayak: ‘Yaampun bapaknya tegas banget sih :(’ aku kalau baca itu merasa kayak dimarahin tu loh wkwk, mungkin karena khas pembawaan orang minang juga ya, bagus kok tapi untukku yang anaknya sedikit manja sensitif ini, butuh kata-kata yang lembut dan menenangkan seperti cirinya Prof. Quraish hehe.

Kenapa lebih suka baca buku daripada cari kajiannya di Youtube? karena terkhusus Prof. Quraish, di awal sudah kubilang kalau lebih suka cari yang kontennya itu interaktif ada host-nya maka biasanya isiannya tidak lumayan detail dan kadang mengarah kemana-mana, jadi lebih suka baca bukunya yang sudah pasti lebih detail dan bisa lebih paham. Lha kenapa ga nonton yang kajian Bapaknya ceramah sendiri membahas lebih dalam suatu topik tertentu dan berjam-jam? Kan tadi udah kubilang kadang bikin ngantuk kalau bapaknya yang ceramah sendiri tidak ada interaksi. Hadeeh banyak maunya banget ni anak... ya Allah maafkan aku gimana sih ini adab mencari ilmunya :(

Oiya pernah juga menjadikan Ustadz Khalid Basalamah sebagai referensi kajian di Youtube karena pas ngedengerin itu hampir mirip perasaanku saat aku mendengarkan Prof. Quraish ceramah. Nah terus akhir-akhir ini sering liat di reels IG muncul cuplikan-cuplikan ceramahnya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri ini, beberapa kali nyoba ngedengerin reels nya kok samaaa perasaannya mirip saat aku mendengarkan ceramahnya Prof. Quraish dan bahkan hampir sama lembutnya. Alhasil aku jadi penasaran dan mencoba nonton kajian fullnya. Dan ternyata beneran bagus banget, aku suka, sejalan sekali dengan keinginanku dan lebih sukanya lagi adalah walaupun aku mendengarkan kajian fullnya yang berjam-jam itu aku tidak ngantuk sama sekali guys. Mantapp amazing *thumbs up* 
Soalnya pas ngedengerin itu sering bisa relate atau paham dengan ceramah beliau karena kayak bisa me-recall lagi apa yang sudah pernah aku baca: 'Oiya bener bener yang beliau katakan aku udah pernah baca di bukunya Prof. Quraish'. Padahal ya emang bener lah orang sama-sama ahli agama gimana sih kamu Hanum.

Nah kemudian...
Kemudian apa, ini mau ngomongin apa sih judulnya PR tapi pake intro panjangxlebarxtinggi dulu.
Hehehe iya maaf
Nah kemudian ada satu kajian yang baru saja aku tonton yaitu tentang Menjadi Wanita Terbaik (teruntuk semua perempuan yang baca ini, kalian wajib menonton kajian tersebut girls, terutama yang sedang mempersiapkan diri menuju pernikahan atau yang masih mencari-cari hilal jodohnya boleeeh banget gapapa sebagai bekal nantinya!). 

Nah jadi di akhir kajian tersebut sekitar menit ke 1:05:00, setelah dijelaskan semua sifat wanita terbaik itu seperti apa saja. Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri mengatakan bahwa terdapat penutup yang merupakan prasyarat utama untuk mengikat semua sifat yang sudah disebutkan, sehingga dapat bernilai sebagai pahala, prasyarat tersebut yaitu 'ketika mereka bertakwa kepada Allah'. Karena jika mereka tidak bertakwa pada Allah, walaupun ada seorang wanita yang memiliki semua sifat yang disebutkan dan hanya ditujukkan/diniatkan kepada manusia alias si suaminya saja yang berarti orientasinya hanya pada dunia, seperti sebatas rasa cinta wanita kepada laki-laki maka semua sifat itu tidak ada artinya/tidak ada manfaatnya/tidak berpahala. Jika tidak berniat bahwa melakukan itu semua karena Allah menyukainya/memerintahkannya. It goes nothing. 

Ini aku setuju banget sih, pas Ustadz nya ngomong gitu aku jadi inget sesuatu, aku pernah merasakan dan melakukan hal tersebut, tapi beda konteks. Konteksnya yaitu tentang berbakti kepada orang tua. Pada waktu merawat alm. Bapak yang sakit aku banyak belajar tentang topik berbakti kepada orang tua (birrul walidain) untuk mengetahui bagaimana caranya bakti kepada orang tua yang benar, seperti apa, kewajiban dan larangan, dsb. Mulai dari menonton semua video kajian Prof. Quraish dan beli bukunya yang khusus membahas topik tersebut dengan judul: 'BIRRUL WALIDAIN: Wawasan Al Qur'an tentang Bakti kepada Ibu Bapak' yang sering aku ulang-ulang tonton dan bacanya, terutama saat lagi capek-capeknya baik fisik maupun mental. Jadi sering inget waktu itu kalau lagi capek terus bilang sama diri sendiri: 
'Hanum ini semua kamu lakukan dengan baik karena Allah yang memerintahkan, inget kan bahkan baru dikatakan berbakti itu tingkatannya harus tinggi banget lho, bisa jadi kamu masih di tingkatan baru memenuhi kewajiban saja. Gapapa kalau kamu merasa capek lelah atau kamu merasa respon Bapak/Ibuk tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan yang penting kamu akan terus melakukan semuanya dengan baik sesuai yang dibilang dan ditulis Prof Quraish dibukunya, karena itu semua yang Allah perintahkan.'

Terus pas denger ceramah Ustadznya aku jadi kepikiran: 'Oiya ya kan nanti pas nikah bakal gitu juga ya, menjalani life after marriage pasti bakal ada kejadian-kejadian gitu juga ya'. Bagi yang udah nikah pasti pernah kejadian atau bahkan lumayan sering yang rasanya menghadapi pasangan itu: 
'Hadeeeeh gimana sih ini orang sabarrr, hadeeeeh nyebelin banget sabarrr, dan hadeeeh hadeeeh sabar lainnya'. 

Dan itu bertahun-tahun bayangin, ya emang bener kalau menikah itu ibadah terpanjang ya. Satu-satunya pegangan emang harus menempatkan semua yang dilakukan itu atas dasar niat karena Allah yang memerintahkan, Allah akan suka jika aku melakukannya dengan baik, dan semoga semua yang sudah kulakukan ini bernilai ibadah. That's all. Dilakukan terus menerus, mau respon si pasangannya tidak sesuai yang diharapkan tapi tetap harus diluruskan lagi niatnya, bangun lagi, luruskan niat lagi, bangun lagi, dst. 

Setelah mengetahui bahwa jika ingin menjadi wanita terbaik yaitu yang menyandang sifat-sifat yang telah dijelaskan dan diikat dengan prasyarat utama yaitu takwa pada Allah. Kemudian lanjutan dari ceramahnya Ustadz Nuzul Dzikri mengatakan bahwa untuk bisa bertakwa pada Allah yang pertama harus dibangun adalah kebersihan hati. Hati yang bersih ini tentu akan melahirkan amalan hati, hati yang bersih dari kesyirikan, hati yang ikhlas mencari ridho Allah. 

Nah kemudian masih mau ngomongin tentang hati atau kalbu, jadi pada sesi tanya jawab ada satu pertanyaan di menit sekitar 1:27:22 yaitu kira-kira begini bunyinya: 
'Assalamualaikum ustadz, izin bertanya bagaimana tips bertahan menjadi sosok istri sholehah yang terbaik bagi suami walaupun banyak cobaan dari sisi suami, suami masih suka jelalatan ngeliat foto selfie foto akhwat di sosmed dan seterusnya.' 

Sebenernya aku ga terlalu tertarik dengan pertanyaannya, tapi lebih tertarik pada jawaban Ustadznya, jadi gini jawabannya: 
'Yang pertama perlu dilakukan adalah bangun hubungan dengan rabbul alamin, karena yang dapat membolak-balikkan hati kita manusia hanya Allah SWT. Seperti yang hadist ini bilang:

إِنَّ الْقُلُوْبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ للّٰهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ

Sesungguhnya hati manusia itu berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, dimana Dia membolak-balikkan hati itu sekehendak-Nya.
Coba bangun hubungan dengan Allah minta biar Allah beri hidayah pada suaminya, agar Allah memberikan penjagaan bagi suaminya, jadi bangun hubungan kita dengan Allah SWT dan seterusnya.'

Pas denger hadist yang disebutkan terus inget: Oiya bener bener aku udah pernah nonton penjelasannya dan baca di bukunya Prof Quraish tentang hadist itu. Jadi maksutnya diantara dua jari-jemari itu penggambarannya kayak hati itu seperti koin yang dimainkan dengan dua jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah, paham ga maksutnya? jadi koin itu diletakkan antar kedua jari itu dan dimainkan, betapa mudahnya kan? 

Nah terus aku jadi inget ooh berarti yang aku rasakan pada post ini (Menjalani Hidup) dengan kesimpulannya: 'lebih menyadari bahwa hati manusia itu memang ada di genggamanNya, kuasaNya...' dan seterusnya dan seterusnya. Jadi yang aku rasakan itu ternyata mengacu pada hadist tersebut bahwa memang hati manusia digenggamanNya. 

Nah yang jadi PR adalaaaah aku baru sadar:
'Lho kok Hanum waktu nulis kesimpulan dari post Menjalani Hidup itu nggak sampe ke kesimpulan hadist itu sih katanya udah pernah baca udah pernah ngedengerin videonya Prof. Quraish. Gimana masak gadihubungkan dengan hadist itu.'

Kemudian aku akan menjawab: 'Iya benerr, tapi ya namanya manusia itu tempatnya lupa guys, jadi ya mohon maklum ehehehe' *mencoba ngeles
Tapi aku jadi sadar juga kayaknya emang nih sedang kurang kajian dan mencari ilmu atau membaca buku-buku agama lagi. Baru sadar ibrahnya yang perlu dihubungkan dengan maksut-maksutnya Allah ganyampe gimana sih ini, Ayoo di recall lagiii Hanum yang udah dipelajari, hadeeehhh! Peeeerrr banget ini! Makanya post-post sebelumnya kok kayak ga ada ilmunya cuma isiannya curhat-curhat mulu hadeeh...

Hehehe maafkan aku pembaca setia blogku *emang ada? :( 
Oke semoga kedepannya Hanum bisa melahirkan tulisan-tulisan yang dapat dipetik hikmahnya dan dihubungkan dengan maksut-maksut Allah sehingga dapat lebih tertancap dalam hati dan pikiran kita. Aaamiin, 

Okay see you in the next post terimakasih sudah membaca!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar