9 Agustus 2023

Keluar dari Gua

Akhir-akhir ini aku sudah sering menengok instagram lagi, yang sebelumnya beberapa tahun kemarin jarang banget buka bahkan untuk sekedar update kehidupan teman-teman pun jarang. Sedikit lebih sering main di twitter dan quora. Dari kegiatanku menengok instagram tersebut aku mendapatkan perasaan seperti judul yang aku berikan di post ini: Keluar dari Gua.

Loh emang selama ini mengendap di Gua mana Hanum? Kenapa kamu merasa seperti Keluar dari Gua? Apa yang tampak baru atau apa yang mengagetkanmu? 

Jadi, ada banyak hal yang mengagetkanku tentunya misal kayak:

HAH??! kamu udah punya anak 3? ya Allah kemana aja gue :' wkwkwk maafkan aku ya ganengok huhu. 

HAH??! mereka jadinya nikah? kok bisa? wkwkwk

atau 

Yaampun kok bisa sih mereka sekarang awareee banget masalah lingkungan, keren banget sih bahkan kayak beyond my expectation sampe maen ke TPA Piyungan juga untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka tentang pengelolaan sampah?! Amazinggg! (karena aku aja kalau ga kunjungan lapangan dari kampus mungkin ga akan kesana hanya untuk sekedar liat-liat hehehehehehehe)

atau 

Yaampun anak-anak GenZ sekarang ambis-ambis banget, anak-anak S1 Sipil UGM sekarang keren-keren, anak lomba dan ambis semua, dulu diangkatanku kayak so rare dan so weird jadi anak ambis itu hehe.

atau

Yaampun banyak banget sih informasi/konten-konten yang mungkin tidak berguna untukku, ini semua orang di instagram pada akhirnya suka/kayak wajib sharing suatu konten gitu ya....jadi bingung ngikutin yang mana. 

dan hah heh hah heh dan yaampun yaampun lainnya. 

Aku merasa gapnya itu cukup jauh dari the latest trend instagram yang pernah aku tau/ikuti (circa awal 2018, sesaat setelah wisuda), jadi mungkin wajar aku kaget. Nah pertanyaan berikutnya, emang selama ini Hanum di Gua ngapain aja kok jarang keluar? 

Ada banyak kegiatan yang aku lakukan selama di Gua, salah satunya merawat orang tuaku. Alm. Bapakku dulu sakit Sirosis Hati namanya. Sebelumnya sudah ada sakit diabetes cuma tambah penyakit itu juga. Jadi apa itu Sirosis Hati? Sebenernya pengen bikin post sendiri tentang penyakit ini. Karenaaaa bakal panjang banget ceritanya. Jadi mungkin untuk yang penasaran bisa googling sendiri dulu ya. 

Sejak tahun awal 2016 seperti yang aku tulis di post ini Bapak Sakit, aku bahkan baru sadar saat scroll post-post lama kalau awal dari penyakit Sirosis Hati itu muncul dari awal 2016 tersebut. Bapakku sudah meninggal pada tanggal 24 Juni 2021 sehingga sekitar 5,5 th menjalani pengobatan untuk penyakit tsb. Sebagian besar waktu saat menjalani pengobatan, yang menjadi caregiver/yang merawatnya adalah ibuku dan aku, sebagai anak satu-satunya yang masih di rumah. Mbak dan Masku sudah bekerja dan berkeluarga domisili di Bandung dan Jakarta, mereka tidak bisa sepenuhnya ikut merawat, namun bakti dan kontribusi mereka tetap ada. Dari pengobatan selama 5,5 th tersebut, kalau di total banyak sekali yang sudah dilalui: 

-Berobat dan dirawat inap di RS tipe A, B, dan C sudah pernah. 

-Berobat ke poli umum sampai poli kanker sudah pernah (berikut salah satu ceritanya walaupun ga selesai soalnya sudah gakuat nulis lagi hehe Pertemuanku dengan Tulip: Instalasi Kanker Terpadu)

-Melewati 7 dokter spesialis Penyakit Dalam dengan berbagai subspesialis yang akhirnya baru menemukan dokter yang cocok untuk menangani penyakitnya Bapak, yaitu Dokter Neneng lebih lengkapnya: Dr. dr. Neneng Ratnasari, Sp. PD-KGEH, FINASIM. Dokter spesialis Penyakit Dalam dengan subspesialis Gastroenterologi, dokter idola keluarga kami karena dokternya pinteeeeer banget, pembawaannya juga tenang dan sederhana, mau ngejelasin dengan sabar dan cerdas setiap pertanyaan awamku dan ibuku. Amazing banget pokoknya, jadi salah satu my role model, pengen kalau jadi expertise gitu punya karakter kayak Dokter Neneng. 

-Menjalani transfusi darah dengan total sampai 70an kantong darah. 

-Masuk IGD tak terhitung jumlahnya, dari yang waktu pagi sampai dini hari. Lebih sering dini hari sih tiba-tiba Bapak lemes dan harus dibawa ke IGD.

-Keluar masuk RS untuk rawat inap, paling sering bahkan hampir tiap bulan itu di tahun 2017-2018. Bahkan beberapa kali sekitar 4-5 kali saat lebaran idul fitri/idul adha sedang dirawat di RS.

dan masih banyak lagi.

Hanya teman-teman paling dekatku yang mengetahui ini sejak lama dan sering mereka selalu menguatkanku dalam setiap prosesnya. Dari pengalaman merawat orang tua tersebut, aku jadi sedikit tau rasanya menjadi generasi sandwich, temen-temen yang menjadi anak pertama dengan saudaranya yang banyak dan masih ada tanggungan orangtua juga, yang diharapkan baik secara eksplisit maupun implisit untuk menjadi tulang punggung. Wow mereka orang-orang hebat yang berhasil dengan gila-gilaan menurunkan ego, menurunkan impian-impian, menahan diri mereka untuk kepentingan bersama, untuk orang-orang yang mereka sayang. Kalau menurutku itu sangat tidak mudah!

Dulu aku pernah denger dari beberapa temanku yang waktu ngerjain skripsi bilang seperti ini: 

'udahlah yang penting cepet selesai cepet lulus terus cari kerja, aku sudah ditunggu adik-adikku'. 

'aku kayaknya gajadi mau langsung S2 num mau kerja dulu, bahkan kayaknya ga S2 sekalian, soalnya ortuku udah nanyain terus kapan daftar kerja'.

Waktu mendengar itu, sebagai anak terakhir dengan selisih banyak yang sedari kecil lumayan dimanja hehe yang dari lahir sampai kuliah itu apa yang dimau tersedia (walaupun untungnya diri ini juga ga hedon dan untung bukan anak neko-neko alias kalem lebih suka di rumah *mencoba tampak innocent*), membalas perkataan mereka dengan mengangguk-angguk penuh takzim dan seperti mengerti ikut merasakan perjuangan yang harus anak-anak pertama tersebut lakukan.......padahal ternyataaaaa....ngrasain dulu dong baru paham hehehe. Maafkan aku teman-teman kalian benar-benar super keren. Semoga Allah selalu memberikan kalian keberkahan hidup dan limpahan rezeki. Aamiin.

Karena aku waktu itu juga pernah merasakannya, menurunkan ego, mengubur impian, dan menahan diri itu ternyata sangat sangat tidak mudah ya. Baru kali ini seorang anak yang biasanya jalan hidupnya lurus-mulus-full of life disuruh menurunkan ego dan mengerem usaha dalam menggapai impian-impiannya dalam waktu yang lama. Bahkan sering juga sampai merasakan hidup itu hanya menjalaninya saja, tidak ada target, tidak ada kemauan, hanya ada harapan di setiap langkah bahwa hari itu juga aku tetap harus menjalani kehidupanku dengan baik dan tanggungjawab. Sudah, selesai. Seorang Hanum yang biasanya punya target bulanan tahunan jadi sama sekali tidak ingin memilikinya, menuliskannya saja sudah tidak mampu. 

Side notes: Sebenernya aku tidak terlalu suka dengan istilah generasi sandwich ini, tidak terlalu percaya/mengimani/setuju, definisinya negatif dan judgemental, lagian siapa coba yang menakdirkan jadi sandwich gen? hal itu kan di luar kontrol kita, tapi kemudian kita seperti dijudge bahwa kasian banget sih hidup kamu sebagai sandwich gen. Orang-orang yang tadinya tidak masalah menjalani peran tersebut jadi mempertanyakan keadaan dirinya, jadi merasa iyaya emang kondisiku semengenaskan itu ya. Padahal berbuat baik kepada saudara kandung dan berbakti kepada orang tua itu wajib (dalam islam sih).

Baru beberapa hari ini juga merasa kehidupan berangsur-angsur jadi lebih baik. Alhamdulillah, matahari seperti sudah mulai menampakkan sinarnya di ufuk sana. Semburat cahaya mulai menyinari langit abu-abu. Kabut dingin mulai menyusut tergantikan hangat panas matahari.  

Baru sadar tepatnya 23 Agustus besok, Ibuk akan mengakhiri masa pengobatan TBC nya dengan minum obat tanpa putus selama 6 bulan terakhir ini. (update: ternyata masih diperpanjang 3 bulan menurut dokternya) 

Baru sadar terakhir rawat inap di RS itu bulan November 2022 kemarin saat sebelumnya berbulan-bulan Ibuk didiagnosa bronkopneumonia, taunya setelah cari second opinion ternyata selama ini TBC… akhirnya dengan diagnosa yang benar dan pengobatan yang benar sekarang sudah jarang batuk-batuk lagi. Masih ingat dulu ngeliat ibuk baru bangun tidur sudah batuk-batuk, lanjut dari pagi subuh tidak berhenti sampai malam mau tidur lagi. Pake uap nebulizer sehari bisa 3 kali, terapi 2 kali seminggu, tapi hasilnya hampir nihil karena masih sering batuk-batuk. Sampai hampir menyerah. Tapi Alhamdulillah ibuk begitu kuat, sabar, dan sangat disiplin yang akhirnya bisa selesai tuntas pengobatannya.

 

Jika pada akhirnya aku mendapatkan banyak pelajaran selama di Gua tersebut apakah berarti kita perlu mendefinisikan ulang 'Gua' itu atau perlu mengganti judul aja hehe. Karena toh di Gua itu pun ternyata Allah memberiku banyak sekali pengalaman dan pelajaran berharga. Sangat berharga. Yang akan selalu aku ingat sampai kapanpun. 

Akhir kata, pada akhirnya memang benar yang dituliskan oleh Aida Azlin dengan sangat menenangkan jiwa dalam salah satu Love Letter nya yang aku tulis dalam jurnalku, yang sering aku baca dan ingat-ingat, sebagai salah satu bentuk penguat dan penghibur. 

Because if we have been putting our lives on a pause as we wait, and if we've burdened ourselves by persistently overthinking as we wait, then we haven't quite learned how to wait with grace. Because the real test lies in the waiting. 

I learned that what you do as you wait, says a lot about yourself and your faith. When you wait with 100% trust in Allah's plans, gratitude takes over the place of anxiousness. Because you know with full conviction that He is just preparing you for what He has already planned for you and for that, you are forever thankful. 

When you wait with beautiful patience, you understand that Allah keeps no one waiting unless He sees that there is only goodness within the wait. Because sometimes the ultimate reward is not so much in what or who you've been waiting for, but rather in how you've been delicately transformed and blossomed as you wait. 

Also, if you think about it, what do you call someone who waits? A wait-er? And what does a waiter do? She serves. And perhaps that may just be it: as you wait, serve. Serve your parents, serve your family, serve your Community, but ultimately, serve Allah - and then see how your wait will stop being painful, but be peaceful instead.

Bagus banget ya kata-katanya sampai aku bikin header buat di blog ini: Beautifully Blossomed.  

Baik seperti itulah ceritaku saat berada di dalam Gua, yang akhirnya sekarang aku merasa sedang diberikan perjalanan untuk Keluar dari Gua. Memulai fase hidup yang selanjutnya dengan perlahan tapi penuh keyakinan dan hati yang teguh. Dengan Hanum yang lebih baik (aamiin) yang sudah membawa bekal banyak, bekal ilmu, pandangan, prinsip, kepercayaan diri, niat yang tulus, keberanian, kekuatan, iman, takwa, pembersihan hati, apalagi yaa, banyak pokoknya...

Doaku: Allah ingatkan selalu bekal ini, tambahkan jika perlu, pautkan dan bersihkan hatiku untukMu dalam setiap perjalanan ke depan yang akan Engkau berikan. Aamiin.

Sekian. Terimakasih sudah membaca! 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar