20 Mei 2017

Menikah dan Berumah Tangga

Di post kali ini saya akan membahas tentang....jeng jeng... Pernikahan... ya benar. Setelah kemarin dua minggu yang lalu teman saya, Zahratul Iftikar melangsungkan pernikahannya dengan Khoirul Fahmi, saya menjadi tertarik untuk membahas tentang pernikahan ini menurut buku yang saya baca lagi dari M.Quraish Shihab berjudul Perempuan. Temen-temen kalau mau diskusi monggo banget karena memang saya ilmunya juga masih sangat sedikit. Yuk saling belajar menjemput fitrahNya! :)

Post ini akan sangat panjang sepertinya selain karena babnya paling panjang juga karena bab ini paling menarik menurut saya hehehe :)



'Segala sesuatu telah Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (kebesaran Allah)' (QS. adz-Dzariyat:49)

'Mahasuci Dia yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka (manusia) maupun dari (makhluk-makhluk) yang tidak mereka ketahui.' (QS. Yasin: 36)

Manusia akan merasa kesepian jika hidup sendiri, walaupun katanya lelaki suka menyendiri tetapi itu tidak lama hanya sementara, sementara orang, sementara waktu. Manusia tidak akan tahan menyendiri sepanjang hidupnya. Kesepian dapat mengantarkannya kepada kegelisahan, melamun tidak jelas, dan takut. Bermula dari sini ia mencari teman hidup untuk menjalankan fungsinya sebagai manusia yaitu Makhluk Sosial sekaligus mengusir kesepian yang menghadang.

Dalam legenda Sanskerta ditemukan hikayat yang menyatakan bahwa ketika Dewa menciptakan alam, dia genggam segala unsur dalam tangannya, lalu dia ciptakan matahari, bulan, bintang, gunung, angin, laut, pohon, binatang dan akhirnya manusia pertama, yakni lelaki. Kemudian habislah seluruh unsur yang ada dalam genggamannya. Nah ketika sang Dewa ingin menciptakan perempuan, dia tidak mempunyai jalan lain kecuali meminjam untuknya ciri dan sifat-sifat yang ada pada unsur-unsur yang telah diciptakannya. Maka, diambillah dari matahari sinarnya, dari angin pancarobanya, dari laut alirannya, dari dahan kelenturannya, dari daun kelembutannya, dari merpati kejinakannya, dari harimau kekejamannya, dari burung merak keangkuhannya, dari api kehangatannya, dan dari salju kedinginannya, demikian kesemuanya dicampur dalam satu bentuk dan dari bentuk tersebut Dewa menciptakan perempuan yang kemudian diserahkan kepada lelaki untuk menemani dan menghiburnya. Akan tetapi, belum lagi berlalu seminggu, lelaki pertama itu mengembalikan perempuan tadi kepada dewa sambil berkata: 'Engkau telah memberiku yang ini, tetapi  kini aku kembalikan. Dia tidak berhenti berbicara, terus menangis, dan tidak melakukan apapun. Dia ingin agar aku menemaninya dan bercanda dengannya sepanjang hari.' Maka, Dewa menerima kembali perempuan itu. Namun, setelah seminggu, lelaki tadi datang menghadap dan bermohon agar perempuan itu dikembalikan: 'Kembalikanlah dia padaku. Dia senang menyanyi dan menari, dia suka mengerlingkan matanya kepadaku. Sungguh, aku kesepian dengan kepergiannya.' begitu ucapnya. Maka Dewa mengabulkan permintaanya. Akan tetapi tiga hari kemudian lelaki tadi mengembalikannya lagi. Dia letih menghadapinya. Ketika itu sang Dewa marah dan berkata: 'Segera ambil keputusan! Engkau menghendakinya atau tidak! Katakan segera kalau tidak engkau kuhabisi dan kuciptakan untuk perempuan ini lelaki selainmu.'. Nah ketika itu lelaki tadi tanpa banyak bicara menarik perempuan tersebut dan mengajaknya pergi sambil bergumam: 'Sungguh aku tidak dapat hidup jauh darinya tetapi tidak juga dapat mendekat kepadanya. Aku tidak dapat hidup bersamanya, tetapi tidak juga dapat hidup tanpa kehadirannya.'

Eaaa, hahaha. Oke kita tidak perlu percaya mitos ini, tetapi paling tidak kita dapat berkata bahwa bagi lelaki-normal- hidup tanpa perempuan sangat menyengsarakan. Dalam pandangan Nabi saw.:

'Dunia ini adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan adalah perempuan yang baik.' (HR. Muslim dan at-Tirmidzi melalui Ibnu Umar Ibnu al-Ash)

Demikianlah sabda Nabi Muhammad saw. Karena itu, kata sementara orang: 'Seandainya seorang lelaki harus memilih satu dari dua pilihan yaitu ketenangan tanpa perempuan atau kesusahan bersama perempuan, niscaya dia akan rela menerima kesusahan asal bersama perempuan. Boleh jadi, karena ketika itu dia tidak sendirian, tidak kesepian, dan tidak akan terlalu gelisah karena ada yang menemani. Memang benar ungkapan yang menyatakan: 'Di balik setiap lelaki yang sukses dan berhasil ada perempuan hebat.' Semua lelaki akan setuju dengan ungkapan: 'Tanpa perempuan hidup menjadi sulit', walaupun tidak semua setuju menambah ungkapan itu dengan kalimat: 'Akan tetapi dengan perempuan, hidup akan menjadi lebih sulit.' Tidak semua lelaki setuju dengan ungkapan yang menyatakan: 'Yang berkaitan dengan perempuan semuanya buruk, tetapi yang terburuk adalah bahwa ia tidak dapat dilepaskan oleh lelaki.'

Fungsi-Fungsi Keluarga
Manusia membutuhkan rumah tangga tempat dia menemukan anak dan istri yang memberinya ketenangan dan kebahagian karena, dalam diri setiap makhluk, apalagi manusia, ada rasa cinta kepada lawan jenis, dan juga ada rasa kasih sayang terhadap anak. Rasa itu tidak dapat tersalurkan dengan baik kecuali melalui lembaga rumah tangga.

Tujuan utama pernikahan adalah untuk membina rumah tangga sakinah, mawadah, warahmat. bukan tujuan-tujuan yang lain seperti agar hidupnya tercukupi dan terfasilitasi dengan menikahi seorang kaya, atau menikah karena patah hati dan ingin membalas dendam kepada yang mengecewakannya, atau menikah karena khawatir akan pandangan masyarakat yang dapat menilainya telah ketinggalan kereta bila tidak segera menikah dan tujuan-tujuan lainnya yang menyimpang dari tujuan utama tersebut. Tujuan utama dapat diraih apagila fungsi-fungsi keluarga dapat dilaksanakan oleh suami istri. Para agamawan dan cendekiawan merumuskan fungsi-fungsi keluarga sebagai berikut:

Fungsi Keagamaan
Fungsi pertama adalah fungsi keagamaan. Keluarga harus dibangun di atas fondasi yang kukuh, sedangkan tidak ada fondasi yang lebih kukuh untuk kehidupan bersama melebihi nilai-nilai agama. Karena itu, nilai-nilai tersebut harus menjadi landasan sekaligus menjadi pupuk yang menyuburkan kelanjutan hidup kekeluargaan. 

'Siapa yang menikah, dia telah menyempurnakan separuh imannya. Maka hendaklah ia memelihara diri pada setengah sisanya.' (HR. ath-Thabarani)
Hal ini tidak lain karena suami istri harus menumbuhsuburkan nilai-nilai agama dan saling memesan untuk tidak terjerumus dalam dosa, bahkan kehidupan rumah tangga itu sendiri harus menjadi perisai dari aneka kemungkinan. 

Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini diharapkan dapat mengantar seluruh anggota keluarga memelihara budaya bangsa dan memperkayanya. Ajaran islam secara tegas mendukung setiap hal yang dinilai oleh masyarakat sebagai sesuatu yang baik lagi sejalan dengan nilai-nilai agama. Budaya positif suatu bangsa atau masyarakat, dicakup oleh apa yang diistilahkan oleh Al-Qur'an dengan kata ma'ruf. Al-Qur'an memerintahkan agar ada satu kelompok, bahkan agar setiap pribadi, mengemban tugas menyebarluaskan ma'ruf (QS Ali Imran:104), dan tentu saja hal itu harus dimulai dari rumah tangga masing-masing. Maka, fungsi ini merupakan salah satu fungsi utama keluarga. 

Fungsi Cinta Kasih
Salah satu fungsi keluarga adalah menumbuhkan cinta kasih karena inilah yang menjamin terciptanya keharmonisan dan kelestarian. Cinta tidak terpenuhi jika unsur-unsur nya tidak terpenuhi yaitu: perhatian, tanggungjawab, penghormatan serta pengetahuan terhadap minimal menyangkut yang dicintai. Cinta yang demikian inilah yang mengalihkan pahitnya jadam menjadi manis bagaikan madu, sakitnya tamparan menjadi elusan kasih. Ialah yang mengalihkan pandangan kepada duri menuju  ke kembang, api kepada cahaya. Ia juga yang menjadikan penjara menjadi taman, raja menjadi hamba, dan tuan menjadi budak. Fungsi pembinaan cinta kasih tidak hanya terbatas antara suami istri tetapi juga antara orangtua dan anak-anak mereka, bahkan seluruh anggota keluarga. Hubungan anak dan orangtua haruslah disadari oleh cinta kasih. 

Fungsi Perlindungan 
Seorang perempuan yang bersedia menikah dengan seorang lelaki telah menyatakan pula kesediaannya untuk meninggalkan orangtua dan saudara-saudaranya. Ketika itu dia yakin bahwa perlindungan dan pembelaan yang akan diterimanya dari sang suami, tidak kalah atau lebih besar daripada perlindungan dan pembelaan orangtua dan saudara-saudaranya. Menurut Al-Qur'an:

'Mereka (istri-istri) itu adalah pakaian bagi kamu (wahai para suami), dan kamu pun (para suami) adakag pakaian bagi mereka (para istri kamu).' (QS. Al-Baqarah:187)

Tetapi jangan dikira hanya perempuan saja yang membutuhkan perlindungan. Lelaki pun membutuhkannya. Bukan saja sewaktu lelaki sakit saat dia membutuhkan bantuan dan perlindungan istrinya, melainkan juga dalam menghadapi aneka kesulitan dalam pekerjaannya. Di sini, dia membutuhkan dukungan dan kasih sayang yang dapat menjadi perisai kesulitan yang dia hadapi, sekaligus pendorong untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai perjuangannya. Dia memerlukan ketenangan lahir dan batin, yang seharusnya dia peroleh dalam rumah tangganya. Seperti saat Khadijah menenangkan Nabi Muhammad saw. setelah pertama kali bertemu Jibril mendapatkan wahyu pertamanya. Menenangkan dan menyejukkan.  

Fungsi Reproduksi
Ada penjelasan yang menarik dan indah dalam bab ini, yang membuat saya sebagai perempuan merasa dicerahkan, dihormati kodratnya, dan dikasihi dengan kata-kata indah Pak Quraish ini. Jadi akan saya tulis lengkap aja ya. 

Allah swt. berpesan kepada para suami 
'Istri-istri kamu adalah tanah tempat kamu bercocok tanam. Maka datangilah (garaplah) tanah tempat bercocok tanam kamu itu kapan dan bagaimana saja kamu kehendaki.' (QS Al-Baqarah: 223) 

Tentu saja tidak bijaksana bila seseorang menanam benih ditempat yang buruk. Karena itu harus pandai-pandai memilih tanah garapan, dalam arti harus pandai-pandai memilih pasangan. Tanah yang subur pun harus diatur masa dan musim penanamannya, jangan setiap saat ia dipaksa berproduksi. Karena itu pula harus pandai-pandai mengatur masa kehamilan, jangan setiap saat Pak Tani menanam benihnya. Yang diharapkan dari petani adalah hasil panen yang berkualitas, yang dapat bertahan dalam segala tantangan cuaca, juga yang lezat dan penuh gizi. Orangtua pun harus dapat menghasilkan anak yang sehat, beriman, dan bertakwa serta dapat menghadapi segala macam tantangan hidup. Seorang petani tidak selesai tugasnya hanya dengan menanam benih, tetapi harus berlanjut dengan memerhatikan ladangnya supaya jangan sampai ditumbuhi alang-alang atau dihinggapi hama. Buah setelah dipetik pun masih harus dipelihara dibersihkan sebelum dimakan atau dijual ke pasar. Di sisi lain, janganlah mempersalahkan ladang jika buah tidak sesuai dengan keinginan petani. Jika yang diharapkan oleh petani benih tomat, jangan kecewa saat yang muncul buah apel. Yang salah bukan istri jika anak yang lahir perempuan sedangkan yang diharapkan lelaki. Demikianlah antara lain permisalan dalam konteks penyamaan istri dengan ladang. 

Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
'Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.' (QS. al-Kahf:46) 
Namun anak baru menjadi hiasan hidup bila ia terdidik dengan baik. Ayah dan Ibu diberi tanggungjawab oleh Allah swt. untuk membesarkan dan mengembangkan potensi-potensi positif yang dimilikinya. Allah menghendaki agar setiap anak/manusia lahir dan besar dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya. 

'Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk (fisik dan psikis) yang sebaik-baiknya.' (QS. at-Tin:4) 
Nabi saw. bersabda: 
'Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya berbakti kepadaNya' beberapa orang di sekeliling Nabi saw. kemudian bertanya: 'Bagaimana caranya?' Beliau menjawab: 'Dia menerima yang sedikit darinya, tidak membebaninya, tidak pula memakinya.' 

Pendidikan harus dapat menyiapkan anak agar mampu hidup menghadapi segala tantangan masa depan. 'Ajarilah anak-anakmu karena mereka diciptakan untuk masa yang berbeda dengan masamu.' Sosialisasi antara lain dilakukan dengan pembiasaan, sedangkan pembiasaan terhadap anak akan sangat ampuh melalui keteladanan. Contoh keteladanan didapat dari ibu, bapak dan keluarga yang akan sangat menentukan kadar keberhasilan mereka. 

Fungsi Ekonomi
Al-Qur'an membebani suami kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta kebutuhan istri dan anak-anaknya. Karena itu, Al-Qur'an berpesan kepada mereka yang belum memiliki kemampuan ekonomis untuk membina rumah tangga agar bersabar dan memelihara diri sampai mereka diberi keluangan oleh Allah. 

'Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.' (QS An-Nur:33)

Memang jika pernihakan telah terlaksana, demi kelanggengan rumah tangga, istri hendaknya tidak lepas tangan sama sekali. Kerja sama antara suami dan istri harus terus dikembangkan. Walaupun kita tahu bahwa kehidupan jaman sekarang yang semakin modern disertai dengan kecenderungan materialisme yang sukar dibendung, telah melahirkan kebutuhan dan keinginan-keinginan yang mendesak keluarga dan yang seringkali tidak terpenuhi kecuali dengan bekerja keras. Ini semua melahirkan peran ganda perempuan. Seperti nasehat yang diutarakan dalam post sebelumnya: 'Perempuan boleh bekerja selama pekerjaan itu membutuhkannya dan atau dia/keluarga membutuhkannya, dan selama dia dapat menjaga diri untuk tidak menganggu atau terganggu, istri harus pandai-pandai menggabung antara kepentingan keluarga dan karier. Jangan sekali-kali melepaskan apa yang telah jelas dimiliki, yakni keluarga, demi mengejar karier panjang yang belum jelas bagaimana bentuk dan kapan diraihnya.'

Fungsi Pembinaan Lingkungan
Lingkungan adalah satu kekuatan yang dapat menjadi positif atau negatif yang memengaruhi anggota keluarga. Keluarga pun dapat memberi pengaruh terhadap lingkungannya. Keluarga, di samping diharapkan memiliki kemampuan untuk menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya, keluarga pun diharapkan berpartisipasi dalam pembinaan lingkungan yang sehat dan positif sehingga lahir niali dan norma-norma luhur yang sesuai dengan nilai ajaran agama dan budaya masyaraktanya. 

Demikian. Semoga mencerahkan dan bermanfaat :) 

PS: tadinya foto yang mau ditampilin foto couple-couple muslim wedding gitu tetapi apa daya berhubung temen-temen readers semua banyak yang masih jomblo-jomblo dan sedang memperbaiki diri untuk mencari atau menunggu 'the one' akhirnya gajadi deh karena ditakutkan akan menimbulkan kecemburuan sosial :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar